Wisata

Waburi Park Suguhkan Keindahan Alam hingga Kisah Sosiokultural

Oleh: Idham Editor: Bunaiya 11 Nov 2023 - 14:35 Pusat Pemberitaan
Waburi Park Suguhkan Keindahan Alam hingga Kisah Sosiokultural
Wisatawan menikmati suasana di Waburi Park Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan, Sabtu (11/11/2023) (Foto: RRI/Idham).

KBRN, Buton Selatan: Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) juga memiliki obek wisata yang tidak kalah menarik dengan provinsi lain. Salah satunya objek wisata menyuguhkan pemandangan alam berupa keindahan laut, pantai, dan tebing di kawasan Waburi Park.

Lokasinya berada di Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan. Awalnya dikembangkan melalui swadaya masyarakat  digerakkan kepala desanya kala itu, seorang wanita, Wa Aua.

Mereka membangun fasilitas wisata tersebut hingga diberi nama Waburi Park. Kawasan dulunya hanya berupa hamparan padang berbatu yang tandus, kini ramai dikunjungi orang. 

Fasilitas wisata itu dikelola  badan usaha milik desa (bumdes) bekerja sama dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis). Menurut Wa Aua, rata-rata dalam sehari sekitar seratus orang datang berkunjung.

Para pengunjung berasal dari desa atau  kecamatan tetangga. Pada hari tertentu seperti akhir pekan, dari pengunjung dari kabupaten lain juga datang, hingga dari daerah lain di luar Sulawesi Tenggara. 

Sejak didirikan Waburi Park juga telah menjadi tempat penyelenggaraan acara pernikahan menawarkan suasana alam terbuka. Pengelola menarik retribusi sebesar Rp5 ribu per orang untuk masuk ke kawasan ini.

Fasilitas graris di antaranya  gazebo, toilet, dan tempat salat (musala). Bagi yang mau menikmati makan minum, dapat membelinya pada gerai-gerai kuliner di sana.

“Gerai-gerai ini disewakan ke masyarakat desa. Setiap hari mereka dikenakan biaya retribusi Rp10 ribu,” kata Wa Aua di Waburi Park ditemui, Sabtu (11/11/2023).

Dijelaskan, mereka yang berjualan di gerai ini berasal dari masyarakat dengan penghasilan keluarga  tidak memadai. Karena itu, diharapkan usaha mereka dapat membantu perekonomian keluarga.

Wa Aua menceritakan, sebelum membuka gerai penghasilan warga sebagai nelayan sangat minim. Warganyaverpaksa merantau ke Maluku Tenggara, ikut kapal penangkap ikan. 

Selama enam bulan mereka bekerja di kapal itu. Setelah pulang, mereka hanya mampu membawa pulang sekitar Rp500 ribu per orang.

“Kelompok masyarakat inilah yang kita akomodir untuk berusaha di gerai-gerai ini. Mereka sangat bersyukur diberi kesempatan berjualan di Waburi Park,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara Belli mengapresiasi, upaya Desa Wisata Gaya Baru mengentaskan kemiskinan masyarakatnya. Belli membenarkan, esensi pariwisata sesungguhnya adalah penguatan ekonomi masyarakat.

Demikian dimaksud, pariwisata yang baik adalah memberi ruang kreasi bagi masyarakat sekitarnya. Turut ambil bagian dalam ruang-ruang ekonomi  pariwisata.

“Waburi Park menjadi contoh bagaimana peran pariwisata menanggulangi kemiskinan. Bahkan kemiskinan ekstrem sekalipun,” ujar Belli dikonfirmasi terpisah.

Apalagi, lanjutnya, Desa Gaya Baru memiliki keunikan tersendiri dari sisi sosiokultural (hubungan antarmanusia dan kebudayaan). Jika berkunjung ke desa ini, kaum perempuan akan lebih banyak ditemui dibanding kaum laki-laki. 

Hal ini disebabkan, lelaki di desa ini berprofesi sebagai nelayan yang waktunya habis digunakan untuk melaut. Akibatnya, peran dan tugas kaum lelaki dalam rumah tangga diambil alih perempuan, yang kemudian menempa mereka menjadi tangguh dan kuat

Hal inilah yang kemudian menjelaskan sosok wanita seperti Wa Aua muncul sebagai tokoh-tokoh lokal memimpin desanya. "Jika ingin menikmati eksotisnya Waburi Park, belajar keunikan sosial budaya masyarakat setempat, Desa Gaya Baru tempat yang tepat,” ujar Belli.

Untuk diketahui, Desa ini berjarak sekitar 62 kilometer dari Kota Baubau. Perjalanan dapat ditempuh kurang lebih selama satu setengah jam. 

Jika dari arah Ibu Kota Kabupaten Buton Selatan, Batauga, berjarak sekitar 52 kilometer. Akses jalan menuju desa ini lancar dan dalam kondisi teraspal baik.