KBRN, SUNGAI PENUH : Dijelaskan salah satu tokoh budayawan Kerinci hendy Wisnu ,tradisi megalitik merupakan kebiasaan mendirikan bangunan berasal batu akbar atau besar, yang umumnya dikaitkan menggunakan pemujaan terhadap leluhur (ancestor worship). Galat satu bentuk bangunan megalitik merupakan batu silindrik (monolit).
Kepercayaan akan adanya imbas yang bertenaga asal orang yang telah tewas terhadap kesejahteraan
kehidupan masyarakat mendorong warga mendirikan bangunan batu akbar (megalitik). Dengan pendirian bangunan rakyat berharap leluhur mereka bisa ikut menjaga serta melindungi kehidupan mereka.
Di daerah dataran tinggi kerinci, tinggalan budaya megalitik tersebar dibeberapa lokasi. Salah satu lokasi yang memiliki peninggalan megalitik tersebut adalah Desa Muak, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci.
Potensi tinggalan megalitik yg ditemukan pada situs Desa Muak antara lain berupa batu berelief, batu lumpang dan batu silindrik. Monolit atau batu berelief dan batu lumpang yang ada pada situs ini telah bukan insitu lagi. Ini didasari pertimbangan keamanan dan pelindungan, kedua tinggalan megalitik ini dipindahkan berasal gunung raya ke dekat Pasar Muak pada tahun 1960. Secara administrasi situs muak berasa di Desa Muak, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Bagi wisatawan yang sangat tertarik pada budaya dan wisata sejarah Kabupaten Kerinci memiliki hal tersebut, dan bisa dikunjungi serta mendengar cerita sejara batu tersebut pada tokoh adat setempat.