KBRN, Lombok Tengah: Penjualan songket Lombok yang semula terseok-seok karena pandemi Covid-19, kini berangsur naik seiring naiknya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Kunjungan turis mancanegara ke Indonesia, tidak sedikit yang memilih Lombok sebagai tujuan utama kunjungan. Pilihan ini menguntungkan para perajin kain karena penjualan kain songket yang semula relatif lesu ketika pandemi Covid-19, perlahan mulai meningkat.
Para perajin berhasil meraih rezeki pada saat liburan, termasuk liburan wisatawan lokal ke Lombok. Meskipun belum seramai tahun 2019, namun omzet penjualan songket di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, sudah dapat dirasakan puluhan perajin tenun di desa ini.
Kehadiran wisatawan lokal dan mancanegara ke Sukarara merupakan kepedulian masyarakat nasional dan internasional terhadap kelangsungan kain Songket Lombok. Banyak wisatawan menilai, kain songket Lombok memiliki keunikan tersendiri, sehingga pantas untuk dikunjungi. Demikian juga kedatangan wisatawan lokal selain mancanegara. Banyak wisatawan lokal yang tergabung ke dalam travel agen selalu mengupayakan melihat dari dekat kain songket Lombok.
Para wisatawan lokal pun tidak sedikit yang mencoba memakai kain tradisional Suku Sasak di Lombok tersebut. Lia Tera Amin, salah seorang yang ikut menyilakan hal tersebut. Amin adalah pemilik Patuh Artshop yang ikut mempopulerkan Desa Sukarara.
Kunjungan wisatawan ke Patuh Artshop tidak pernah sepi, seperti yang terjadi Sabtu (2/9/2023). Kerumunan wisatawan senantiasa terlihat di toko tenun Patuh yang masuk wilayah administratif Dusun Belong Lauk.
Menenun kain songket telah menjadi tradisi yang berurat umbi bagi Perempuan di Dusun Belong Lauk. Para Perempuan menenun kain songket di alat tenun gendong. Kain songket yang dihasilkan berupa kain sarung, ikat pinggang, dan selendang. Motif yang dipraktikan pada kain adalah motif corak bunga dan bergaris-berusudut-berbidang.
Motif yang sederhana adalah motif subhanale. Motif lainnya adalah wayang.