Wisata

Topeng Mbawa Bekhu Nias Diteliti Antropolog Belanda

Oleh: Indah Febriyanti Buulolo Editor: Nugroho 15 Jun 2023 - 13:11 Pusat Pemberitaan
Topeng Mbawa Bekhu Nias Diteliti Antropolog Belanda
Penari perang (kiri) tengah memakai topeng "Mbawa Bekhu" (Foto: RRI/Indah Febriyanti Buulolo)

KBRN, Gunungsitoli: Topeng Mbawa Bekhu disalahpahami masyarakat Eropa, khususnya di Belanda, sebagai bagian dari bentuk perbudakan dan rasis. Hal tersebut menarik perhatian pakar di negara tersebut untuk mengetahui latar belakang topeng kekayaan budaya asal Nias ini.

Desa Hilisimaetanö, Kecamatan Maniamölö, Kabupaten Nias Selatan, menerima kunjungan dua antropolog dari VU University Amsterdam, Selasa (13/6/2023). Dua antropolog tersebut ingin mengetahui sejarah tentang pemakaian topeng Nias pada zaman dahulu. 

Desa Hilisimaetanö merupakan salah satu desa adat tertua di tanah Nias Selatan. Desa wisata ini hingga kini masih teguh menjaga nilai adat istiadat serta peninggalan para leluhur mereka. 

Dua antropolog VU University Amsterdam tersebut bernama Sadiah Boonstra dan Laetitia Lai. Mereka memahami penelitian itu sangat penting untuk memahami kenapa orang Nias zaman dahulu menggunakan topeng  yang terkesan menyeramkan.

“Jadi topeng itu dinamakan Mbawa Bekhu. Kami jelaskan bahwa dulu topeng-topeng itu hanya digunakan saat perang antar suku,” kata Sekretaris Desa Hilisimaetanö, Kristiaman Dakhi kepada rri.co.id, Kamis (15/6/2023). 

"Dengan menggunakan topeng itu, maka mereka mencoba menakuti dan mengintimidasi lawan dengan topeng yang menyerupai bekhu atau iblis. Yang menggunakan topeng adalah prajurit yang berperang dan tidak ada hubungannya dengan perbudakan," katanya.

Penelitian topeng Nias ini, menurut Kristiaman, juga mencari keterkaitan terhadap sistem perbudakan yang ada di Nias. Di Belanda ada sebuah pameran yang menampilkan topeng menyerupai wajah budak di Nias. 

Namun pameran wajah itu memicu gejolak yang oleh sebagian masyarakat mengganggapnya sebagai rasis. Ini mendorong kedua antropolog dari VU University Amsterdam mencari tahu kebenarannya.

Bagi pemerintah Desa Hilisimaetanö, kunjungan tersebut sangat diapresiasi. Setidaknya, lewat penelitian dan tulisan yang akan dihasilkan, bisa membuat desa adat ini terkenal di dunia internasional.