KBRN, Magelang : Bertepatan dengan hari kelima Idulfitri 1444 Hijriah, masyarakat Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang menggelar tradisi yang cukup unik, yakni gerebeg ketupat.
Namun, ribuan ketupat yang disusun menjadi sebuah gunungan
tersebut bukan ketupat yang berisi beras lalu dimasak,
melainkan selonsong
ketupat yang terbuat dari daun janur ( daun muda buah kelapa) yang berisikan uang. Sedangkan uang yang dimasukkan ke
dalam selongsong ketupat tersebut sangat bervariasi nominalnya,
yakni mulai dari uang pecahan Rp 1.000
hingga Rp 100.000.
“Tradisi gerebeg ketupat ini dilakukan sebagai salah satu ajang silaturahmi antarwarga sekaligus memeriahkan Hari Raya Lebaran,” kata penggagas acara gerebeg ketupat, Tri Setyo “ Gepeng “ Nugroho di sela-sela acara tersebut, Rabu ( 26/4/2023).
Gepeng, panggilan akrabnya mengatakan, kegiatan tersebutjuga sebagai wujud syukur atas kebahagian yang diraih setelah selama satu bulan penuh menjalankan puasa. Selain itu, juga sebagai wujud syukur warga untuk dapat memberikan sedikit uangnya kepada masyarakat banyak yang menyaksikan acara tersebut .
Prosesi gerebeg ketupat tersebut di awali dengan penjemputan gunungan ketupat yang diletakkan di serambi Masjid Darussalam kampungsetempat oleh epala Dusun Dawung dan seluruh Ketua Rukun Tetangga yang ada dusunitu. Turut mengawal gunungan tersebut, sejumlah pemain kesenian tradisional yang berkembang di Dusun Dawung dan juga meramaikan acara puncak lebaran tersebut.
Gunungan ketupat yang dibawa dari masjid setempat, selanjutnya dikirab keliling dusun kemudian gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat yang menyaksikan. Dalam hitungan kurang dari lima menit, sebanyak 1.800 ketupat yang ada di gunungan tersebut, langsung ludes diperebutkan.
Gepeng Nugroho menambahkan, tradisi tersebut telah dilaksanakan selama 17 tahun terakhir dan sempat terhenti selama tiga tahun terakhir, karena adanya pandemic covid-19. Pada awalnya , tradisi gerebeg ketupat tersebut hanya diperentukan bagi anak-anak kecil yang ada di dusun setempat.
“ Pada awalnya, gerebeg ketupat ini khusus untuk anak-anak dan untukmenarik perhatian , ketupat tersebut diisi dengan uang,”katanya.
Ia menjelaskan, masyarakat setempat memang memilih ketupat kosong yang diperebutkan,agar tidak mubazir bila terinjak-injak dan sebagai pengganti beras yang kemudian dimasak untuk isi ketupat tersebut diisi dengan uang.’
Kepala Dusun Dawung, Wisik mengapresiasi warganya yang tetap mempertahankan tradisi gerebeg ketupat sebagai salah satu ajang untuk bersilaturahmi. “Saya berharap, ketupat yang berisi uang dan diperebutkan tersebut bisa bermanfaat selain bagi warga Dusun Dawung, maupun warga masyarakat lainnya yang menyaksikan tradisi ini,” kata Wisik. (wiedyas)