KBRN, Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara mengenai kepemimpinan nasional yang kuat menghadapi tantangan global. Menurutnya, kepemimpinan yang kuat dibutuhkan untuk meraih visi Indonesia Emas 2045.
Hal itu dikatakannya saat menghadiri dan meresmikan pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Awalnya, Kepala Negara menyebut untuk mencapai Indonesia Emas tidak mudah Dan harus menghadapi berbagai tantangan.
"Di Amerika Latin, banyak negara gagal melompat menjadi negara maju. Tahun 50-an, tahun 60-an, tahun 70-an mereka sudah menjadi negara berkembang," katanya di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin, Jakarta Timur, Selasa (7/11/2023).
"Tetapi sampai sekarang mereka juga tetap hanya menjadi negara berkembang, malah ada yang jatuh menjadi negara miskin. Problemnya adalah diberi kesempatan dan tidak menggunakan.".
Oleh karena itu, Presiden menyebut tahun 2024, 2029, 2034 adalah momentum yang sangat menentukan Indonesia melompat maju atau tidak. Untuk itu menurutnya dibutuhkan kepemimpinan nasional, persatuan, dan kekompakkan yang kuat.
"Tanpa itu, tadi tantangan yang kita hadapi tidak mudah. Tantangan global, ini justru yang banyak memang dari tantangan globalnya," ujarnya.
Presiden menjelaskan satu per satu tantangan global yang dihadapi Indonesia. Diantaranya Ketidakpastian ekonomi global yang sulit diprediksi, sulit dihitung, dan sulit dikalkulasi.
Kedua perubahan iklim yang juga sulit dihitung dan diprediksi. "Dulu kita kalau ada perubahan iklim, ya hanya dalam kata-kata sekarang sudah nyata," ujarnya.
"Kekeringan hampir di semua negara sekarang terjadi, panas bumi yang naik, gelombang panas. Kita ada 7 provinsi kemarin kekeringan, sehingga produksi beras kita menurun.".
Tantangan selanjutnya yaitu perang di Ukraina dan di Gaza, Palestina. Meskipun jaraknya jauh, namun dampak perang tersebut tetap terasa kepada Indonesia.
"Kelihatannya dulu saya berpikir, kita semua mungkin berpikir sama Ukraina jauh sekali dari Indonesia. Apa dampaknya? enggak akan lah berdampak kepada kita, ternyata dampaknya nyata dan ada," ujarnya.