KBRN, Kupang : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) mengingatkan dampak lanjutan dari kombinasi El Nino yang memicu Kekeringan.Dalam siaran persnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, dampak lanjutan dari kombinasi El Nino dan IOD Positif memengaruhi sektor pertanian, sumber daya air, kehutanan, perdagangan, energi, dan kesehatan. Karena itu, pemerintah di seluruh level diharapkan segera mengambil langkah mitigasi dan antisipasi terhadap dampak negatif yang terjadi. "Hingga Oktober dasarian II, 2023, El Nino masih bertahan. BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia memprediksi El-Nino terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023-Januari-Februari 2024, sementara IOD Positif akan terus bertahan hingga akhir tahun 2023," kata Dwikorita ( 3/11/2023 ) .
Sementara di sektor perdagangan memicu lonjakan harga bahan pangan. Di sektor kehutanan mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan. Di sektor energi, situasi tersebut menekan jumlah produksi energi yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA). "Sektor ketahanan meningkatkan risiko kesehatan berkaitan dengan sanitasi dan ketersediaan air bersih untuk dikonsumsi dan kebersihan. Bagi daerah yang mengalami karhutla, kondisi ini juga dapat berakibat pada polusi udara dan memicu terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)," ujarnya. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, sebagian besar wilayah mengalami kondisi curah hujan sangat rendah pada Juli, Agustus September dan Oktober 2023. Daerah – daerah tersebut meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Maluku Utara dan sebagian Papua.
Sedangkan, HTH kategori ekstrem panjang dengan HTH lebih dari 60 hari terpantau terjadi di wilayah Lampung, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Di Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalteng, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Adapun HTH terpanjang tercatat selama 176 hari terjadi di Sumba Timur & Rote Ndao - Nusa Tenggara Timur. "Situasi ini harus menjadi perhatian kita bersama mengingat sebaran titik panas menunjukkan peningkatan terutama di daerah rawan karhutla. ungkapnya. Lebih lanjut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, sejumlah strategi yang dapat diambil pemerintah sebagai upaya kesiap-siagaan. Pertama, menguatkan manajemen air yang efisien untuk memastikan pasokan air yang cukup untuk pertanian dan pemenuhan kebutuhan masyarakat ( anna ) .