USAHA Kerajinan Tangan (Handycraft) kian berkembang di Kota Ambon Manise. Jika sebelumnya, produk handycraft yang diburu dari Ambon City of Music, lebih didominasi aksesoris atau souvenir yang diolah dari kerang mutiara dalam bentuk kaligrafi atau hiasan dinding, kini sudah bergeser ke semua segmen.
Menariknya lagi, kebanyakan dari pengrajin handycraft di Kota Ambon saat ini adalah kaum perempuan, tepatnya ibu-ibu rumah tangga. Produk yang dihasilkan oleh mereka juga beragam, tapi tetap mengandalkan bahan-bahan alami yang umum di Maluku, seperti limbah sisik ikan, kulit kerang, batok kelapa, tenun ikat dan bahkan dedaunan.
Siapa mengira, dampak dari teknologi digital memacu pertumbuhan ekonomi kreatif di kota kreatif berbasis musik versi UNESCO. Digitalisasi UMKM tak hanya menyediakan pasar yang luas disertai kemudahan transaksi bagi pengrajin pemula seperti mereka, tapi juga kesempatan untuk berkembang karena bisa berselancar mengamati trend kekinian.
HANDYCRAFT SISIK IKAN GO INTERNATIONAL
Limbah sisik Ikan adalah bahan baku handycraft yang saat ini sudah dikenal luas, tidak hanya di Maluku, tapi juga di berbagai daerah. Limbah ini dipopulerkan oleh ibu Theodora Matrutty, Dosen Fakultas Perikanan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon sejak tahun 1999.
Berawal dari kepeduliannya membawa pulang sisik ikan Kakap agar tidak dibuang ke laut, ibu Theodora yang akrab disapa Mama Tea, diam-diam terinspirasi mengolah sisik ikan yang menumpuk di halaman belakang rumahnya, menjadi sesuatu yang bernilai.
Singkatnya, produk pertama yang dihasilkan dari limbah yang berbau amis ini adalah Bunga Matahari. Produk ini menarik perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku hingga digiring ke Pameran Handycraft se- Asia Pasifik di Jakarta pada tahun 2004, dimana semua produk yang dibawanya laku terjual.
"Itu pengalaman pertama saya yang paling berharga. Di situ, saya banyak melihat dan belajsr. Saya juga berbagi informasi dengan pengrajin lain karena hanya saya satu-satunya yang membuat handycraft dari sisik ikan," ungkap Ibu Tea kepada RRI.
Mulailah dia menggarap aksesoris dan souvenir sisik ikan yang modelnya diadopsi dari alsesoris lain yang dipamerkan. Tak cukup dengan kalung, gelang dan anting, ia pun merambah dunia fashion.
Jalan yang dilaluinya pun semakin terang, lebih-lebih setelah mengikuti Pameran UMKM di Belanda, juga di New Zealand. Produk handycraft-nya kebanjiran order, bahkan, pernah, salah satu desainer asal Prancis jauh-jauh datang ke Ambon untuk memborong koleksi handycraft-nya.
Puncaknya, pada tahun 2018, produk sisik ikannya menembus panggung Newyork Fashion Week, dan pada bulan September tahun ini (2023), produk handycraft-nya, kembali menghiasi panggung Newyork Fashion Week.
Tak berhenti di situ, Ibu Tea yang sudah mengantongi belasan penghargaan dan aktif membagi ilmu kepada mahasiswa dan pelajar di Ambon, termasuk menjadi pembicara di seminar-seminar nasional, masih berobsesi mendesain tumbuhan laut dengan sisik ikan sebagai aksesoris fashion.
Saat berbicara dengan RRI, Ibu Tea mengaku tidak mudah untuk sampai ke level ini, lebih-lebih di era digital yang menawarkan banyak pilihan. "Kuncinya harus benar-bemsr kreatif, ulet, telaten, teliti dan sabar," ujarnya.
Dia tak menampik, di era digital seperti sekarang, digitalisasi handycraft sangat bermanfaat, karena membuka peluang bagi pengrajin pemula, khususnya ibu-ibu rumah tangga yang sibuk mengurus keluarga untuk tumbuh dan berkembang, apalagi kalau sudah punya e-Commerce.
"Saya memaknai ini sebagai mukjizat, ini berkat dari Tuhan, saya tidak pelit membagi informasi kepada siapa pun yang ingin berkreasi," ujarnya.
Produk Handicraft Ibu Tea kebanyakan dipesan melalui komunitas pengrajin dan fashion. Produknya juga bisa diintip di market place dan Galery Rumah Kayu berukuran 4 × 4 meter di rumahnya, kompleks BTN Wayame Kota Ambon.
Produk Handycraft ibu Tea juga bisa diintip di laman media sosialnya, seperti facebook dan instagram.
DARI AKAR BAHAR HINGGA KERTAS KORAN
Hasan, warga Batumerah, awalnya pengrajin kerang mutiara. Produk kerajinannya yang berupa kaligrafi dan hiasan dinding sangat artistik, hingga terkenal ke seantero dunia. Banyak juga yang memesannya sebagai cinderamata.
Namun, seiring dengan naiknya harga bahan baku, maksudnya kulit kerang mutiara, Hasan dkk sesama pengrajin, beralih ke handycraft yang diolah dari bahan baku variatif yang ramah di kantong seperti kerang-kerangan, batok kelapa, kayu, kain tenun dan akar bahar.
Dalam pameran UMKM menyambut Hari Ulang Tahun Kota Ambon ke- 448, tanggal 7 September 2023, produk handycraft millenial milik Hasan go pasar. Produk yang ditawarkan bermacam-macam, imut unik dan kekinian.
"Ini tempat tisu dari buah cengkeh, ini gelang akar bahar yang dimodivikasi dengan batok kelapa dan ikat tenun. Ada juga cincin akar bahar, gantungan kunci dari karang, ada lagi gelang akar bahar merah dan putih, ini dijual oer paket," ungkap Hasan, yang melabeli produknya dengan nama "R3 Art Assespris".
Yang mengesankan, dia juga meluncurkan Parang Salawaku (parang khas daerah) yang diolah dari Kayu Pello, kayu endemik Maluku yang jarang ditemukan, serta hiasan sepasang Burung Merpati yang diolah dari kulit kerang dan akar kayu, Ada lagi plakat nama bermotif etnik Ambon.
"Ini saya buat sendiri. Saya sewa tempat di Pasar Oleh-Oleh, belakang Maluku City Mall (MCM) Tantui Ambon sebagai tempat produksi sekaligus galery," ungkapnya.
Dia mengaku produk handycraft-nya banyak diburu karena desainnya unik dan millenialis. Selain bisa diorder melalui pasar online, produ handycraft- nya juga bisa ditemukan di Passr Oleh Oleh, atau langsung mendstangi tempat usahanya.
Dia juga sudah menggunakan sistem pembayaran QR Code Standar sehingga lebih memudahkan dan praktis dalam transaksi.
Di samping stand Hasan, ada Stand Ibu Co Louhenapessy. Pensiunan Dosen Fakultas Perikanan Unpatti ini tampil klimaks dengan handycraft gelang, kalung dan anting yang diolah dari bahan baku kerang, kain tenun dan hasil laut lainnya.
Usahanya sudah dirintis sejak tahun 2007, namun baru berkembang di era digital. Pasar digital membantunya berkreasi dan beradaptasi dengan kebiasaan masa kini, sehingga produk yang diolahnya seperti kalung, gelang dan anting, terlihat sangat modis dan bisa dipakai semua kalangan.
"Semua ini saya buat sendiri. Saya juga belajar dari internet dan kalau pergi ke luar daerah, kalau lihat barang-barang yang bagus, saya adopsi dan bikin dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di Ambon," terangnya.
Kini, produk handycraf Ibu Co bisa dijumpai di Bandara Internasional Pattimura Ambon, Galery Dekranasda Kota Ambon dan Maluku, serta Pusat Pasar Oleh-Oleh. Produk handycraft-nya juga sering diorder dari Belanda, sehingga kadang, dia kewalahan memdapatksn bahan baku karena beberapa harus diorder dari luar.
Debora Here, pengrajin rajutan, tak kalah saing. Dia memperkenalkan aneka jenis handycraft yang diolah dari benang, mulau dari tas sekolah, tas HP, tas buku, masker, topi, hingga tataan piring, gelas, sarung botol dan tempat permen.
Dia bercerita sudah lima tahun menekuni ekonomi kreatif, namun baru sekarang diberi ruang untuk mengikuti pameran. Meski begitu, produk rajutannya sudah banyak yang terjual, karena bisa dipesan secara online, atau mendstangi galerinya di rumah.
"Ini semua saya bikin sendiri. Saya juga berterima kasih kepada pemerintah daerah karena cukup perhatian dan membantu. Harapan saya, kalau bisa promosinya lebih digencarkan lagi," harap Debora.
Sama seperti yang lain, dia juga melabeli produknya dengan nama Debbie Art, serta menggunakan sistem pembayaran uang tunai dan QR Code Standar. Produk rajutannya sering diorder secara online.
Stand yang paling ujung ditempati Ibu Jeanatte. Ibu rumah tangga yang masih belia ini, tampil beda dengan produk handycraft- nya, karena menggunakan koran bekas, plastik bekas dan dedaunan pantai. Ya, dia mendesain hiasan berbentuk sepeda dengan keranjang kosong yang bisa diisi macam--macam.
Selain sepeda, bahan baku kertas koran juga dia desain menjadi cangkir, lampu hias, serta keranjang bunga yang dimodivikasi dari kertas koran dan plastik bekas
"Ini keranjang bunga dari kertas koran dan plastik bekas. Ada juga stoples bekas, dibungkus tali sebagai hiasan, bunga hias dsri plastik dan anting plastik," jelasnya, sambil menunjuk satu per satu.
Menariknya lagi, ada handycraft kembang hias yang dia desain dari dedaunan pohon pantai yang jatuh ke tanah, pohon Koly (pohon penghasil alkohol dari Maluku Barat Daya) dan kayu-kayuan.
"Biarpun terbuat dari koran bekas, tapi ini kuat dan tahan lama," ungkap Jeanet yang juga melabeli produknya dengan nama "Jeanett Art".Produknya juga sudah merambah Pasar Digital dsn bisa juga dipesan secara offline di rumah.
"Saya mulai rintis usaha sejak tahun 2013, tapi baru berkembang sekarang. Kalau pameran, ini baru pertama kali ikut. Tapi ada gallery kecil di rumah, bisa dipesan secara online. Ada juga yang pesan lewat teman, dari mulut ke mulut," ujarnya.
Dia berharap, selain promosi, pemerintah daerah dapat membantu meningkatkan omzet mereka melalui program pemberdayaan, karena salah satu kesulitan yang dihadapi oleh pengrajin pemula adalah modal yang masih terbatas.
Diketahui, harga rata-rata produk handycraft yang dijual para pengrajin di pasar lokal rata-rata antara Rp25 ribu hingga Rp200 ribu, tergantung bahan, motif, ukuran, serta nilai historis dan filosofinya.
Ada juga yang djual per paket, seperti aksesoris akar bahar milik Hasan yang djual per paket Rp150 ribu hingga Rp200 ribu, tetapi kebanyakan dijual per item. Khusus untuk aksesoris dan fashion, harganya di atas dua ratusan ribu.
EKONOMI KREATIF BERBASIS MUSIK
Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena menaruh harapan besar terhadap pertumbuhan pelaku ekonomi kreatif karena ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kota Ambon dan mendukung program pengentasan kemiskinan.
Karena itu, dalam setiap even yang menghadirkan banyak orang, Pemerintah Kota (Pemkot) selalu melibatkan para pengrajin dan pelaku UMKM lainnya, mempromosikan dan menjual produk-produk mereka.
Dalam forum Expo yang diinisiasi Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di Kota Makassar Sulawesi Selatan pada Juni 2023 misalnya, Pemkot Ambon menampilkan Branding Ambon City of Music dan produk-produk handycraft.
"Produk-produk UMKM kita bawa, ini bagian dari upaya kita membuka jejaring dengan kota-kota lain. Kalau misalnya Indag (Dinas Perdagangan) Kota Ambon bisa berkolaborasi dengan Indag Cilegon misalnya, ini akan membantu mereka berkembang," tegas Bodewin kepada RRI di Makassar.
Dia berharap, dengabmn upaya-upaya seperti ini, Kota Ambon akan berkembang menjadi kota kreatif berbasis musik, dimana ada UMkM, di situ ada musik, dimana ada pariwisata, di situ juga ada musik.
"UMKM muncul di situ ada musik, pariwisata muncul, di situ ada musik, jadi kota kreatif berbasis musik," tegas Walikota.
Menurut Walikota, sesuai data tahun 2022, jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)di Kota Ambon tercatat lebih dari 25 ribu usaha, atau mengalami pertumbuhan yang signifikan, dibanding beberapa tahun lalu.
Sejalan dengan itu, Pemkot Ambon melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) telah mencanangkan pembagian 1.000 NIB secara gratis kepada pelaku UMKM dan saat ini angka tersebut telah melampaui target di atas seribu tiga ratus.
Dari sisi permodalan, Pemkot Ambon menggandeng stakeholder lain, sehingga dapat membantu memberikan modal usaha lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan ke pelaku UMKM yang ada di desa atau negeri.
ERA EKONOMI DIGITAL, KOMINFO SIAPKAN 3 STRATEGI
Sebagaimana dikutif dari laman Kominfo, Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap pengembangan pelaku UMKM. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi memastikan Pemerintah terus berupaya mempermudah dan memperlancar aktivitas dan transaksi pelaku UMKM dalam ekosistem digital.
Bahkan, Kementerian Kominfo telah menerapkan tiga pendekatan strategis, yaitu pembangunan infrastruktur digital, stimulus pelatihan digital dan penguatan kecakapan digital.
“Pembangunan infrrastruktur yang dikenal dengan tiga layer, yaitu tulang punggung (backbone); middle mile (menggunakan teknologi satelit) dan the last mile (Pembangunan Base Tranceiver Station/BTS). Kedua, mengupayakan stimulus berupa pelatihan ataupun pendampingan untuk mendukung peralihan UMKM konvensional ke digital. Sedangkan yang ketiga untuk kepentingan mendorong peningkatan kapasitas dan peran UMKM di dalam ekonomi nasional kita,” jelas Menteri Budi dalam Acara Ngobrol Bareng Pejabat Program Markas UMKM Shopee di Gama Tower, Jakarta Selatan, Rabu (13/09/2023).
Menteri Budi menjelaskan, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dilakukan untuk meningkatkan dan memanfaatkan teknologi digital di berbagai kegiatan ekonomi masyarakat dan UMKM. Dengan infrastruktur digital yang merata, masyarakat dapat menggunakan secara produktif dan memberikan dukungan terhadap pengembangan ekosistem digital.
“Tugas Kominfo salah satunya memperkuat infrastruktur digital. Tidak mungkin digitalisasi itu ada kalau infrastruktur digitalnya tidak terbentuk. Pemerintah terus membangun dan mendorong optimalisasi pemanfaatan infrastruktur telekomunikasi nasional yang lebih berkualitas dan merata,” ujarnya.
Lebih jauh Menteri Budi menyatakan, Kementerian Kominfo juga memiliki program untuk mengembangkan kapasitas produsen lokal dalam rangka mendorong pengembangan kualitas pelaku UMKM. Lewat program itu, Pemerintah mengupayakan stimulus dan fasilitasi penyesuaian peralihan aktivitas bisnis UMKM ke ruang digital.
“Agar sebuah negara menjadi kreatif itu butuh pelaku UMKM yang banyak. UMKM ini kan jualan produk, mereka berkreasi, makanya Pemerintah mendukung ekosistem digital. Dengan adanya akses internet maka berjualan online akan menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas. Pilar utama bagi ekonomi nasional kita sekarang dengan teknologi digital, bagaimana kita mendorong agar UMKM kita juga melek digital bahkan menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan penjualan maupun kualitas produksinya,” jelasnya.
Ditegaskan lagi, beberapa langkah telah ditempuh untuk mengembangkan kapasitas produsen lokal pelaku UMKM. Bahkan, Kementerian Kominfo melibatkan banyak stakeholder untuk mendampingi sekitar 30 juta UMKM yang harus masuk dalam ekosistem digital.
“Pertama kali, percepatan pembangunan infrastrukturnya dulu, harus merata ke seluruh daerah, termasuk 3T. Kedua, pelatihan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB), dan pendampingan proses sertifikasi halal. Dengan sertifikasi halal supaya lebih mudah diterima di pasar. Ketiga, pemanfaatan aplikasi toko online mandiri BumDes Smart bagi UMKM lokal dan BumDes di daerah 3T,” ungkap Menteri Budi.
Kementerian Kominfo sendiri, secara khusus, melakukan pelatihan dan pendampingan adopsi teknologi digital kepada 30.000 pelaku UMKM sektor pengolahan di 15 kawasan prioritas. Selain terus memastikan pembangunan infrastruktur pendukung terpenuhi, pemerintah juga terus mendorong pelaku UMKM untuk lebih mahir memanfaatkan digitalisasi dalam berbisnis.
“Program adopsi teknologi digital ini sudah diluncurkan sejak tahun lalu. Tujuannya untuk memberdayakan UMKM melalui peningkatan adopsi teknologi digitaldalam rantai pasok di 15 kawasan prioritas,” ujarnya.
Sementara itu, disisi konsumen, Pemerintah memiliki Program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang diharapkan bisa turut mendukung literasi digital para pelaku usaha serta meningkatkan kebanggan untuk mengonsumsi produk lokal.
“Gernas BBI punya misi untuk mendorong artisan, UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital. Lewat Gerakan ini, kami mendorong masyarakat untuk belanja buatan produk dalam negeri,” tandas Menkominfo Budi Arie Setiadi.
Biro Humas Kementerian Kominfo
e-mail: [email protected]
Telp/Faks : 021-3504024
Twitter @kemkominfo
FB: @kemkominfo
IG: @kemenkominfo
website: www.kominfo.go.id