KBRN, Jakarta: Polri menyebut ada beberapa ketentuan terkait peredaran replika senjata jenis airsoft gun di Indonesia. Airsoft gun diwajibkan memiliki orange tip yang dicetak atau ditempel permanen di ujung laras airsoft gun dengan ukuran dua sentimeter untuk laras panjang dan satu sentimeter untuk laras pendek.
Selain itu, airsoft gun juga wajib mengantongi nomor yang telah teregistrasi di Polri. Nomor registrasi tersebut harus dicetak atau digrafir, dan tertempel di bagian badan airsoft gun.
“Replika senjata airsoft gun wajib memiliki orange tip dan nomornya teregistrasi di Polda. Hal ini diwajibkan untuk membedakan senjata api dengan replika airsoft,” ujar Anggota Direktorat Keamanan Negara Baintelkam Mabes Polri, Iptu M. Azwar ketika ditemui di Lapangan Tembak PB Perbakin Jakarta, pada Selasa (10/10/2023).
Airsoft gun dan airgun sendiri memiliki bentuk yang mirip. Namun terdapat beberapa hal yang membedakan keduanya.
Iptu Azwar menjelaskan bahwa airgun menggunakan peluru gotri atau berbahan metal, sementara airsoft gun menggunakan peluru plastik.
Selain itu, daya dorong kedua senjata tersebut pun berbeda. Airgun disebut menggunakan gas CO2, sementara airsoft gun menggunakan green gas.
“Untuk peluru airsoft gun bahannya plastik, ketika ditembakkan pecah, menggunakan green gas. Kalau airgun peluri gotri menggunakan metal, kalau ditembakkan tidak akan pecah dan menggunakan gas CO2, bentuknya seperti tabung. Airgun kekuatannya melebihi dua joule dan dilarang di Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut, Anwar menjelaskan terkait perizinan airsoft gun dan airgun di Indonesia. Airsoft gun dapat dimiliki secara resmi dengan mengurus Surat Izin Pemilikan dan Penggunaan Airsoft gun yang baru saja dikeluarkan oleh Polri. Sementara untuk airgun dipastikan illegal di Indonesia. Hal itu dikarenakan airgun banyak dimodifikasi dengan tujuan kejahatan atau tindak pidana lainnya.
