KBRN,Jakarta: Tim Ahli/Pakar Penilaian Jalan Tol Berkelanjutan (JTB) Ahmad Safrudin mengatakan, 2023 penilaian JTB berpusat pada tema Toll for All. Dimana pelayanan jalan tol harus bisa diakses oleh semua pihak dari semua golongan.
“Terdapat tiga parameter yang diukur, pertama, equality gender dimana semua kelompok dan golongan harus dapat mengakses jalan tol. Kedua, tekait investasi ekonomi terhadap brand lokal," kata Ahmad, saat menilai Tol Surabaya-Probolinggo-Malang.
Artinya, inisiatif lokal dalam konteks ekonomi, sosial dan budaya harus dapat diakomodir dalam pengelolaan jalan tol. "Informasi wisata maupun budaya lokal yang ditawarkan dapat terinfokan kepada pengguna jalan tol," ujarnya, menjelaskan.
Aspek ketiga, yakni kepedulian masyarakat terhadap jalan tol. "Dengan latar belakang profesi, hingga kelompok umur, kita harus mendorong pengguna untuk peduli terhadap berbagai aspek kenyamanan," ucapnya.
Seperti tidak membuang sampah hingga aspek keselamatan berkendara, seperti penggunaan batas kecepatan beretika berkendara. Dalam penilaian di Tol ini, Ahmad juga menyampaikan pentingnya vegetasi penghijauan jalan tol yang berguna sebagai capture karbon (emition absorbing).
“Tanpa crack, hole, patching, dengan jalan yang mulus dan rata. Efisiensi energi kendaraan dapat dicapai dan emisi dapat ditekan serendah mungkin,” ujarnya.
“Iklim yang baik di Malang mendukung vegetasi tanaman sebagai landscaping lebih baik, namun perlu diperhatikan untuk selalu melakukan perawatan. Selain itu, perlu adanya sense of crisis dari setiap unsur stakeholders untuk meminimalkan risiko yang berpotensi terjadi di jalan tol," katanya.
Direktur Utama (Dirut) PT Jasamarga Gempol Pasuruan, Muhammad Taufik Akbar menjelaskan pihaknya berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Khususnya mengajak masyarakat sekitar untuk andil dalam rest area, baik berjualan atau bekerja.