Nasional

BMKG Sebut Sistem Peringatan Dini Bukan Sekadar Sirine

Oleh: Anna Lopo Editor: Adi Adoe 27 Sep 2023 - 15:00 Kupang
BMKG Sebut Sistem Peringatan Dini Bukan Sekadar Sirine
BMKG Sebut Sistem Peringatan Dini Bukan Sekadar Sirine


KBRN, Kupang : Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang juga sebagai Permanent Representatif Indonesia untuk Organisasi Meteorologi Dunia - Dwikorita Karnawati, menyebut sistem peringatan dini harus ditanamkan dengan cara dan pengetahuan yang mudah dimengerti,  sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dwikorita dalam Diskusi Panel bersama beberapa Pembicara Tokoh Dunia, di Kota New York, Amerika Serikat mengatakan, Indonesia memiliki banyak sekali ancaman bencana alam, dengan jumlah populasi yang mencapai 275 juta orang, kami (BMKG-red) berupaya membangun sistem peringatan dini yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan mempersempit kesenjangan dalam mendapatkan akses untuk keselamatan mereka.

Dwikorita mengatakan, sistem peringatan dini bukan sebatas penyebaran informasi atau sirine dengan suara yang keras. Namun menurut Dwikorita, sebuah sistem peringatan dini yang efektif dan handal harus didukung oleh pemahaman masyarakat akan risiko bencana secara mandiri dan cepat dan "Pekerjaan rumah terbesar Indonesia dan banyak negara adalah memastikan masyarakat dan seluruh pihak paham dan mengerti bahaya apa yang mengancam mereka, dan selanjutnya mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk penyelamatan diri, jika sewaktu-waktu terjadi bencana," kata Dwikorita 22/9/2023.

Dwikorita, memperlihatkan bahwa literasi, edukasi dan advokasi kebencanaan harus diberikan terus menerus secara berkelanjutan kepada masyarakat dan seluruh pihak terkait, ternasuk pula Pimpinan Daerah, para Pemegang Kebijakan dan Pihak Swasta. Dari sisi komunikasi, lanjut dia, peringatan dini tersebut harus disebarluaskan secara merata dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang terancam bencana, dengan isi pesan dan instruksi yang jelas serta mudah dipahami untuk segera ditindaklanjuti dengan aksi yang cepat dan tepat.

"Tantangan terkait komunikasi adalah putusnya jaringan komunikasi di daerah bencana, hal ini perlu perhatian khusus, yakni dengan menyediakan saluran komunikasi berbasis satelit. Dengan begitu alur komunikasi tetap berjalan dengan lancar meskipun terjadi kerusakan infrastruktur karena bencana," ungkapnya.

Diskusi Panel tersebut merupakan bagian dari Agenda Pertemuan Puncak Iklim - (Climate Summit) yang diselenggarakan secara pararel dengan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (UN General Assembly).

Hadir pula dalam Climate Summit tersebut Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sophaheluwakan yang juga mendukung misi BMKG untuk menyiapkan tindak lanjut dari Climate Summit tersebut ke dalam Program Organisasi Meteorologi Dunia untuk Agenda Gender Conference, serta Program World Water Council untuk Agenda 10th World Water Forum, yang akan diselenggarakan di Bali, Indonesia tahun 2024 yang akan datang.( anna/BMKG ) .***