Nasional

Pameran Kemendikbudristek Tampilkan Arsip Perkembangan Musik Lawas

Oleh: Bunaiya Editor: Allan 17 Sep 2023 - 12:09 Pusat Pemberitaan
Pameran Kemendikbudristek Tampilkan Arsip Perkembangan Musik Lawas
Salah satu lapak menampilkan gambar salah satu grup musik lawas asal Indonesia, Koes Plus dalam pameran bertajuk “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas” di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Sabtu (16/9/2023) (Foto: Istimewa)

KBRN, Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar pameran arsip. Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan) Kemendikbudristek menampilkan perkembangan musik lawas pada ajang tersebut. 

Pameran bertajuk “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas” ini digelar atas kerja sama Kemendikbudristek dengan Irama Nusantara. Pameran ini digelar di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta sejak Sabtu (16/9/2023) hingga Minggu, (15/10/2023). 

Direktur Perfilman, Musik dan Media, Ahmad Mahendra menjelaskan, pameran menyuguhi koleksi-koleksi antik nan klasik. Pameran ini menurutnya adalah sarana untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah perkembangan musik populer di Indonesia.

“Harapannya, program ini dapat menggambarkan bagaimana industri musik Indonesia dirintis lewat karya-karya fenomenal. Karya-karya yang memiliki nilai-nilai sosial, teknologi, budaya,” kata Mahendra dalam keterangan pers, Minggu (17/9/2023). 

Pameran arsip menjadi bagian dari program Rangkaian Irama yang menandai perjalanan satu dekade Irama Nusantara. Gelaran Rangkaian Irama lainnya yaitu konferensi para pengarsip terkait budaya populer Indonesia, forum diskusi, dan festival musik.

Pameran menampilkan perjalanan musik populer Indonesia mulai pra-1960 hingga 1969. Materi pameran ini merupakan pengembangan dari buku “Dari Ngak-Ngik-Ngok ke Dheg Dheg Plas”.

Buku “Dari Ngak-Ngik-Ngok ke Dheg Dheg Plas” pernah dirilis Irama Nusantara bersama Bintang Press dan Norrm pada 2021. Keseluruhan materi pameran disajikan secara kontemporer melalui mural, audio visual, dan tentu saja koleksi-koleksi asli berbentuk fisik. 

Pameran terbagi ke dalam tiga zona, pertama zona yang menampilkan awal perkembangan industri musik populer Indonesia (pra-1960). Zona kedua menampilkan perkembangan industri musik populer di bawah kekuasaan Orde Lama (1960-1965). 

Zona ketiga berisi perkembangan industri populer Indonesia. Utamanya di bawah kekuasaan Orde Baru (1966-1969).

Melalui pameran ini, pengunjung disuguhi ragam koleksi yang bukan hanya langka, tetapi juga bersejarah. Antara lain foto-foto musisi zaman Hindia Belanda, rilisan musik label, Tio Tek Hong (tahun 1905).

Ada pula dokumentasi pembakaran piringan hitam The Beatles di Jakarta tahun 1965 akibat pelarangan musik barat oleh Orde Lama. Pameran juga menampilkan informasi tentang lagu “Indonesia Raya” pertama kali direkam, dan sebagainya. 

Kurator pameran Ignatius Aditya Adhiyatmaka mengatakan, musik populer Indonesia pada periode tahun 1960-an dipengaruhi oleh banyak konteks. Di antaranya politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan budaya.

"Kala itu dinamikanya berjalan sangat cepat dan drastis," ujar Ignatius. "Hasilnya dapat dilihat melalui berbagai kemunculan berbagai bentuk musik yang sangat memengaruhi paradigma serta kesejarahan musik populer Indonesia".