KBRN, Yogyakarta: Indonesia rawan terkena inflasi, akibat langkah India mengentikan ekspor gula ke seluruh dunia. Hingga kini, Indonesia masih mengandalkan impor gula dari India, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dosen Agribisnis UMY Oki Wijaya menilai, langkah India ini merupakan sesuatu yang wajar. Apalagi, kebijakan tersebut dipengarugi sejumlah faktor.
”Baik karena berkurangnya pasokan atau hasil panen, stabilisasi harga, maupun kebijakan politik perdagangan internasional dari negara asal,” ujarnya, Minggu (3/9/2023).
Jika sampai kebijakan India mempengaruhi inflasi di Indonesia, maka hal itu akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Bahkan mungkin, situasi itu terjadi secara global.
Sekitar 30 persen dari total impor gula Indonesia berasal dari India. Meskipun Indonesia masih memiliki lahan tebu yang terbilang produktif, kapasitas pabrik gula di Indonesia masih minim untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Misalkan pada September 2021 kata Oki, kapasitas produksi gula Indonesia berkisar antara 2,5 hingga 3 juta ton per tahun. Namun faktanya, kebutuhan gula di Indonesia bisa mencapai lima hingga enam juta ton per tahun.
Oki juga melihat kemungkinan, keputusan India soal penghentian ekspor gula, dapat memicu negosiasi bilateral antara India dengan Indonesia.
Ini didasari atas ketahanan pangan Indonesia yang dapat terpengaruh. Mengingat besarnya jumlah gula yang diimpor dari India, sehingga isunya sangat kompleks,”Karena melibatkan produksi, distribusi dan stabilitas harga”.
Diversifikasi pasokan dinilai Oki sebagai salah satu cara untuk merespon kebijakan dari India. Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan pemerintah demi mengurangi ketergantungan impor gula.
Cara lainnya dengan menyesuaikan kembali kebijakan harga pasar ataupun mempersiapkan stok gula darurat. Fenomena ini dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk meningkatkan nilai investasi di sektor pertanian dan teknologi.
”Yang dapat meningkatkan produksi gula domestik, sekaligus memberikan dampak positif bagi produsen gula di Indonesia”, pungkasnya.