KBRN, Jakarta: Empat siswi kelas 12 jurusan tata busana SMKN 4 Kota Jambi mendapat kehormatan mengikuti Upacara Peringatan HUT ke-78 RI langsung di Istana Negara. Mereka membuatkan baju batik khas Jambi serta dua kemeja putih lengan panjang untuk Presiden dan outer untuk Ibu Iriana.
Kemeja putih inilah yang kemudian dikenakan presiden saat berkunjung ke SMKN 2 Bengkulu Tengah beberapa waktu lalu. Adapun keempat siswi tersebut adalah Zaqia Cahyacamila (Qia), Sunia Ariska (Nia), Zea Abadiah (Zea), dan Ayu Wulandari (Ayu).
Ayu Wulandari mengaku masih tidak menyangka dapat menjadi bagian dari undangan pada upacara HUT ke-78 RI di Istana Negara. “Jangankan upacara di Istana, membayangkan pergi ke Jakarta saja saya tidak pernah,” kata Ayu yang mengaku baru pertama kali pergi jauh keluar Kota Jambi dan naik pesawat, dalam keterangannya, Kamis (17/8/2023).
Hal senada juga disampaikan Sunia Ariska. Dia mengaku tidak menyangka jika baju-baju yang mereka jahit akan membawanya terbang dan menjadi tamu undangan di Istana Negara.
“Tetangga kami di rumah sampai mengira kami bohong kalau kami diundang presiden untuk upacara bendera. Mereka baru benar-benar percaya saat kami berangkat ke Jakarta,” kata Sunia.
Sebelum mendapat undangan untuk mengikuti upacara bendera di Istana Negara, para siswi ini sebenarnya sudah kehilangan harapan. Karena, baju-baju yang mereka buat tidak kunjung terdengar kabarnya setelah dijemput langsung ke sekolah oleh pasukan pengamanan presiden (Paspampres).
“Lama kami menunggu kabar apakah Bapak Presiden suka atau tidak dengan baju yang kami buat bahkan kami sampai kaya hopeless. Ingin rasanya melihat baju kami dipakai sama Presiden lewat foto saja tidak masalah,” ujar Qia yang bertugas menjahit baju batik untuk Ibu Negara.
Di tengah harap-harap cemas tersebut, kabar baik itu akhirnya datang. Berita bahwa Presiden Jokowi mengenakan kemeja putih saat kunjungan kerja di Bengkulu membuat mereka lega sekaligus bangga.
“Tapi kami sempat takut juga kalau berita itu (Presiden kenakan baju SMKN 4 Kota Jambi) itu hoax. Bahkan Ibu Asmi (kepala sekolah) sampai nangis pas baca berita itu,” ujar Zea Abadiah yang memang bertugas membuat kemeja putih yang dikenakan oleh Presiden saat di SMKN 2 Bengkulu Tengah.
Di tengah euforia kebahagian, kabar gembira kembali datang. Mereka diundang ke Istana Negara untuk menghadiri upacara kemerdekaan.
“Benar-benar kabar yang paling indah yang pernah kami dengar. Sebuah pencapaian luar biasa bagi kami sejauh ini, kami sangat beruntung dan bangga jadi siswi SMK,” kata Qia.
Proses pembuatan baju sendiri diakui Qia dan teman-temanya cukup dramatis. Setiap detail dalam pengerjaan baju benar-benar penuh doa dan harapan.
“Setiap kali kami mulai mengerjakan, apakah buat pola atau menjahitnya, kami selalu membayangkan baju ini dipakai dan disukai oleh presiden. Kami tidak berhenti doa,” kata Qia, mengungkapkan.
Sebenarnya, lanjut Qia, untuk kompetensi menjahit sendiri ia dan rekannya cukup percaya diri. Terlebih mereka sudah dibekali keterampilan menjahit sejak kelas 10 bahkan keempatnya juga sudah magang di industri.
“Kalau untuk kompetensi kami percaya diri. Tapi sekali lagi karena ini yang akan memakai bajunya adalah presiden, jadi ya sempat grogi dan agak takut-takut,” kata Qia.
Qia menceritakan pembuatan baju ini secara keseluruhan hanya memakan waktu delapan hari saja. Setelah berhasil menjahit baju dan diundang ke Istana, para siswi ini mengaku ingin beraudiensi langsung dengan presiden.
Mereka berharap memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, sembari membuka usaha. Para siswi ini mengaku sudah dibekali dengan kompetensi keahlian yang menjadi modal untuk membuka usaha sesuai passion yang mereka tekuni selama ini.
Terlebih, keempat siswi ini juga rata-rata sudah mulai membuka usaha jahit kecil-kecilan di rumah masing-masing. Keempat siswi mengaku sekolah di SMK memiliki berbagai keuntungan.
Salah satunya adalah dapat bekerja, berwirausaha, atau pun melanjutkan setelah selesai sekolah.“Pokoknya kami bangga jadi anak SMK,” ujar Qia diamini oleh rekan-rekannya.