KBRN, Bukittinggi: Isu terkini di sektor energi khususnya sub sektor Minyak dan Gas (Migas) perlu disampaikan oleh para insan media dengan didasari pengetahuan yang lebih komprehensif .
Hal demikian disampaikan Direktur Pembinaan Program Migas, Dirjen Minyak dan Gas Kementerian ESDM RI Mustafid Gunawan kepada puluhan wartawan se-Indonesia yang mengikuti pelatihan media atas fasilitasi antara Pamerindo Indonesia dengan ASPERMIGAS dan didukung oleh Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Republik Indonesia.
Saat ini di dunia global sedang menuju era transisi energi, termasuk di Indonesia. Di era sekarang energi fosil serupa minyak dan gas bumi serta batu bara masih memiliki peran penting sebelum energi bersih dapat disediakan bagi masyarakat.
Gas bumi adalah energi fosil yang relatif dan berperan sebagai jembatan menuju era energi bersih. Pihaknya dari unsur pemerintah perlu memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kebijakan potensi dan pemanfaatan gas, sekaligus tantangan dan strategi pengelolaannya .
Insan media berperan mempromosikan pemanfaatan energi yang lebih bersih yang dimiliki Indonesia. Dikatakan, apabila potensial supply sudah dapat on stream maka akan bergerak menjadi biru sehingga menjadi semacam Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah bersama dengan SKK untuk mencarikan demand yang mampu menyerap gas pada saat on stream.
Lalu, berkaitan dengan perencanaan pengelolaan gas itu sudah disusun berdasarkan input diskusi bersama stakeholder dimulai pada tahun 2023 hingga di 2030. Hal tersebut menjadi acuan bagi industri baru yang ingin berinvestasi di Indonesia sehingga membutuhkan gas sebagai bahan baku atau bahan bakar, pada periode tertentu akan ada supply gas yang dapat dimanfaatkan dengan disesuaikan dengan kebutuhan industri baru bersangkutan.
“ada upaya untuk aksesibilitas dan konektivitas gas bumi, itu salah satunya yang sedang berjalan itu adalah pembangunan pipa transmisi dari Semarang ke Cirebon, itu sekarang diselesaikan ruas Semarang-Batang, lalu dilanjutkan dari Batang – Cirebon. Itu juga akan didukung dengan gas bumi di domestik,”ujarnya
Moshe Rizal selaku Ketua Komite Investasi ASPERMIGAS menyebutkan berbicara tentang transisi energi mempengaruhi pemanfaatan sumber energi yang selama ini sudah familiar digunakan serupa batu bara yang merupakan energi fosil, maka perlu pengurangan pemanfaatan dan penggunaan batu bara.
Dikatakan, energi dari batu baru memang cukup kotor , walaupun sudah diupayakan pemanfaatan sejumlah teknologi untuk mengurangi emisi yang ditimbulkan, namun tetap saja batu bara memiliki emisi lebih besar dari sumber energi lainnya.
Akan, tetapi untuk pengurangan sumber energi dan transisi energi itu membutuhkan anggaran biaya yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga mempengaruhi pencapaian net zero emission 20260 di Indonesia dan 2050 untuk dunia. Angka nominal uang senilai 1,5 triliun dolar amerika dibutuhkan untuk mewujudkan net zero emission tersebut.
“jadi, ujung-ujungnya sih uang. Jadi, kita ini butuh uang, tapi apakah kita mengarah ke sana, maka jawabannya adalah ia. Tapi, saya lihat cukup lambat, transisi energi kita ini tidak secepat dari apa yang diekspektasikan untuk tahun 2050. Maka komitmen kita untuk net zero emission itu di tahun 2060,”ucapnya
Moshe menjelaskan pemerintah harus menerapkan sejumlah cara atau kiat untuk pemanfaatan sumber energi yang pengurangan emisinya cukup cepat , tidak butuh biaya yang besar tetapi signifikan. Jika terdapat kiat jitu menyikapi hal tersebut, sebaiknya difokuskan untuk dikembangkan.
“sedangkan ada cara yang lebih mudah untuk semua menerapkan pengurangan emisi dari pemanfaatan sumber energinya. Jadi, kita belum telat,”imbuhnya
Ia menegaskan potensi sumber energi yang dimiliki Indonesia menjadi pencermatan serius, belajar dari negara di Eropa yang bertransisi dalam energinya menggunakan gas bumi dengan butuh waktu puluhan tahun. Sedangkan, di tanah air ini keberadaan gas bumi yang berlimpah sehingga perlu dikembangan secara optimal dan profesional.
“pemanfaatan gas bumi itu harus fokus digunakan di dalam negeri, 60 persen sudah digunakan di dalam negeri, tetapi mengapa tidak lebih dari 60 persen?, karena infrastruktur gas bumi kita di Indonesia masih banyak yang belum terbangun, sehingga itu yang harus difokuskan oleh pemerintah untuk membangun infrastruktur gas bumi,”katanya
Diketahui, selama dua hari Pamerindo Indonesia dengan ASPERMIGAS dan didukung oleh Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Republik Indonesia melaksanakan pelatihan bagi insan media yang tersebar di penjuru tanah air secara virtual mendapatkan materi tentang gas alam dan hydrogen, potensi, bisnis proses dan outlooknya (22-23 Juli 2023). Pelatihan ini bukan program perdana yang digelar, dikarenakan beberapa tahun belakangan ASPERMIGAS berkomitmen mengajak peran insan media untuk terus mendapatkan peningkatan wawasan dan literasi, sehingga memberikan solusi bagi pemerintah menyikapi persoalan tentang energi, dan pada akhirnya publik sebagai konsumen dari informasi serta pemberitaan ikut dicerdaskan melalui output atau produk insan pers.
Pelatihan Media tentang gas alam dan hydrogen, potensi, bisnis proses dan outlook itu menghadirkan beberapa trainer yakni Mustafid Gunawan (Direktur Pembinaan Program Migas, Ditjen Migas Kemen ESDM RI), Sugeng Riyono ( Ketua Umum National Centre for Sustainability Reporting (NCSR) Divisi Energi), Beni Suryadi ( Manager of Power, Fossil Fuel, Alternative Energy and Storage ASEAN Centre for Energy), Fahrur Rozi Firmansyah (Inspektur Migas, Ditjen Migas Kementerian ESDM RI), Moch. Abadi (Presiden Direktur PT Radian Teknologi Global), dan Moshe Rizal ( Ketua Komite Investasi ASPERMIGAS). Kemudian, Tutuka Ariadji (Dirjen Migas Kementerian ESDM RI), Ninik Rahayu (Ketua Dewan Pers) da Elan Biantoro ( Sekretaris Jenderal ASPERMIGAS) menjadi opening speaker dalam pelatihan media ini.