Nasional

JK Ajak Anak Muda Ikut Serta dalam Berpolitik

Oleh: Allan Editor: Mosita 02 Aug 2023 - 22:14 Pusat Pemberitaan
JK Ajak Anak Muda Ikut Serta dalam Berpolitik
Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia bekerja sama dengan Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) menyelenggarakan seminar "Anak Muda untuk Politik" (Foto: Istimewa)

KBRN, Jakarta: Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia bekerja sama dengan Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) menyelenggarakan seminar "Anak Muda untuk Politik". Kegiatan ini menghadirkan 140 mahasiswa dari 25 kampus dari berbagai daerah di Indonesia. 

Dalam sambutannya mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyampaikan, pentingnya berproses dari bawah dalam berpolitik. Serta memiliki kapital yang cukup, agar tidak tergoda dengan praktik politik yang koruptif.

"Menjadi politisi semestinya adalah untuk menghidupkn politik, bukan hidup dari politik," katanya dalam sambutanya dalam seminar "Anak Muda untuk Politik" di Kampus Puskapol UI, Rabu (2/8/2023).

JK juga menekankan, pentingnya pengalaman aktivisme dalam mengasah keterampilan berpolitik. "Aktivisme ini harus dilakukan anak-anak muda sedari mereka di kampus, dengan cara aktif berorganisasi dan terlibat dalam isu-isu sosial politik," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mendorong anak muda untuk peduli pada politik. Keterlibatan anak muda di politik, kata ia, sangat penting untuk Indonesia yang lebih baik.

"Perjuangan tersebut tentunya menggunakan gagasan. Seperti yang dikatakan oleh Nakia kepada T’Challa (Raja Wakanda) dalam film Black Panther, “And it is not enough to be the sword, you must be the intelligence behind it”, kata Meutya.

Seminar ini diisi oleh tiga orang pembicara, yakni Hurriyah dari Puskapol UI, Phillips J. Vermonte dari CSIS, dan Andhyta F. Utami dari Think Policy. Ketiga pembicara memberikan pandangan terhadap peran penting anak muda untuk penguatan demokrasi Indonesia. 

Selain itu, Dosen Puskapol UI Hurriyah secara spesifik menyampaikan pentingnya memahami diri, hal ini tidak hanya sebagai voters, tetapi juga sebagai demos. 

"Sebagai voters, kita menggunakan hak pilih untuk memilih pemimpin, sedangkan sebagai demos. Kita adalah rakyat yang memiliki kewajiban untuk mengawasi praktik kekuasaan yang terbentuk akibat penggunaan hak pilih tersebut," ucapnya masih kesempatan yang sama.

Hurriyah juga mengatakan, menjadi voters merupakan siklus pendek dan temporer, hanya selama lima menit di TPS. Tetapi menjadi demos adalah peran jangka panjang selama masa pemerintahan berjalan. 

"Dengan memiliki mindset seperti itu, partisipasi anak muda seharusnya tidak hanya terbatas pada keikutsertaan dalam memilih pemimpin lima tahun sekali," ucapnya.

Selain itu, Hurriyah juga menyampaikan tantangan anak muda dalam berpartisipasi sebagai aktor dalam politik formal. "Struktur politik kita saat ini bersifat tidak inklusif dan koruptif, sehingga orang-orang yang memiliki banyak modal berpotensi lebih besar untuk terlibat dalam politik yang berbiaya tinggi tersebut," katanya. 

Senada dengan Hurriyah, pembicara lainya yakni Phillips J. Vermonte dari CSIS juga menyampaikan bahwa bukan hanya pada saat pemilu. Partisipasi politik seharusnya dilakukan in between elections, atau di antara rentang satu pemilu ke pemilu berikutnya terus berlangsung.

Selain itu, Phillips juga menyampaikan bahwa bukan berarti anak muda apatis, tetapi medan pertarungan anak muda saat ini sudah berubah. Tidak lagi seperti yang dibayangkan generasi tua. 

"Banyak inisiatif dan gerakan-gerakan kreatif yang saat ini dibangun anak muda. Hal ini memperlihatkan bahwa anak muda punya cara sendiri untuk menyelesaikan permasalahan politik, sebagi contoh platform Kawal Pemilu yang diinisiasi oleh sekelompok anak muda untuk menjawab kesimpangsiuran quick count di Pemilu 2014 lalu," katanya.