Nasional

Ini Alasan Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak

Oleh: Danang Sundoro Editor: Nugroho 21 Jul 2023 - 14:26 Pusat Pemberitaan
Ini Alasan Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak
Ilustrasi petugas KAI tengah mengecek kondisi kereta api (Foto: KAI)

KBRN, Jakarta: Insiden tabrakan antara kereta api dengan truk di Semarang dan Bandar Lampung Selasa (18/7/2023) lalu, mendapatkan respons beragam. Salah satu perhatian publik di antaranya terkait sistem pengereman di transportasi kereta api.

โ€œBerbeda dengan transportasi darat pada umumnya, kereta api memiliki karakteristik yang secara teknis tidak dapat dilakukan pengereman secara mendadak. Untuk itu, kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati sebelum melewati perlintasan sebidang,โ€ ujar VP Public Relations KAI Joni Martinus, Jumat (21/7/2023).

Joni menjelaskan ada dua faktor yang menyebabkan kereta api tidak dapat mengerem mendadak. Pertama adalah panjang dan berat rangkaian kereta api, dan kedua sistem pengereman.

"Makin panjang dan berat rangkaiannya, maka jarak yang dibutuhkan kereta api untuk dapat benar-benar berhenti akan semakin panjang. Di Indonesia, rata-rata satu rangkaian kereta penumpang terdiri dari 8-12 kereta (gerbong) dengan bobot mencapai 600 ton, belum termasuk penumpang dan barang bawaannya," kata Joni.

Dengan kondisi tersebut, maka dibutuhkan energi yang besar untuk membuat rangkaian kereta api berhenti. Sementara, terkait pengereman, kereta api di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem jenis rem udara.

"Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi. Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti," katanya.

Walaupun kereta api telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak. Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat.

"Jadi, meskipun masinis telah melihat ada yang menerobos palang kereta, selanjutnya melakukan proses pengereman, maka tetap akan membutuhkan suatu jarak pengereman agar benar-benar berhenti. Hal inilah yang nantinya menyebabkan kejadian tabrakan, apabila jarak pengereman tidak terpenuhi," kata Joni menambahkan.

Ia menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi jarak pengereman, yaitu kecepatan kereta api, kemiringan/lereng jalan rel, persentase pengereman. Jenis kereta api (kereta penumpang/barang),  jenis rem (blok komposit/blok besi cor), dan kondisi cuaca juga termasuk dalam faktor jarak pengereman.

Joni mengatakan rem pada rangkaian kereta api bekerja dengan tekanan udara. Sistem kinerja rem pada roda dihubungkan ke piston dan susunan silinder.