KBRN, Jakarta: Angkasawan dan angkasawati Radio Republik Indonesia (RRI) didorong memiliki jiwa entrepreneur (pengusaha) yang tinggi. Selain itu juga diiringi dengan kepekaan terhadap krisis (sense of crisis).
Sebab, saat ini media berhadapan dengan situasi saat setiap orang menjadi publisher atau mempublikasikan apa saja. "RRI pun harus membangun posisi yang kuat sebagai organisasi maupun individu di dalamnya," kata motivator transformasi, Yusmohady yang dihadirkan dalam lokakarya Manajemen Strategi RRI, di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
"Selain itu juga mau berubah. Serta harus tahu bagaimana strategi mencapai tujuan," ujar Yusmohady.
Menurutnya, strategi merupakan faktor penting, sehingga mengetahui tujuan yang ingin dicapai. Maka pendekatan identifikasi krisis hingga risiko harus disesuaikan, terutama berkaitan dengan lokus satuan kerja (satker) masing-masing.
"Ketika berbicara lokus Aceh, tentu berbeda dengan pendekatan untuk Ambon dan tempat lain. Dengan organisasi yang solid, cepat, dan pintar, kita dapat mengubah paham 'konten adalah raja' menjadi 'konten adalah ratu'," ujar Yusmohady.
Maka itu, Yusmohady berharap, workshop yang digelar RRI mampu membangun kesadaran untuk menguatkan satker masing masing. Dengan begitu bisa dijadikan momen beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Sementara Muhammad Tri Harmoko, Fasilitator dan Coach TOPS, mendorong RRI agar konsisten memenuhi layanan siaran publik. Caranya dengan membuat beragam konten nan berkualitas.
RRI turut diharapkan terus memperluas area siaran, demi mendekatkan dengan masyarakat yang lebih luas. "Berapa populasi yang mencintai RRI? Nah, ini harus menjadi konsen lembaga ini," kata Tri Harmoko.
