KBRN, Medan: Guna menjembatani anak-anak agar tidak buta baca tulis, sebuah komunitas sosial yang mengatasnamakan ‘Sikkola Rakyat’ terus konsisten memberikan edukasi pendidikan bagi anak-anak, khususnya yag tinggal di pinggiran Sungai Starban, Medan Polonia.
Koordinator sekaligus Founder ‘Sikkola Rakyat’, Andre Tubecardo Doloksaribu, mengungkapkan komunitas yang berdiri sejak 22 Juni 2020 ini adalah panggilan jiwanya yang terinspirasi dari sisi kehidupan anak-anak di kampung halamannya tepatnya di Porsea Kabupaten Toba. Mahasiswa jurusan politik Fakultas lmu Sosial dan Ilmu Politik USU ini mengaku miris, masih banyak anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar (SD) masih belum bica membaca maupun menulis.
“Kami melihat realitas kehidupan sosial di masyarakat yang cukup miris terkhusus di kampung Toba, Porsea. Banyak anak-anak kelas 3-5 SD belum bisa baca. Bahkan ada juga taraf SMP gak bisa baca. Ternyata di Kota Medan juga dekat kampus saya, banyak kelas 3 SD yang belum pandai baca tulis. Belum lagi kita melihat realitas masyarakat tidak mendapat pekerjaan tetap sehingga angka kriminalitas tinggi,” ujar Andre.
‘Sikkola Rakyat’ memang akrab dikenal sebagai sebuah gerakan pemuda. Wajar, di dalam komunitas tersebut Andre juga didukung rekan-rekannya sesama mahasiswa dari latar belakang kampus dan jurusan berbeda. Bahkan, tenaga pengajar yang ikhlas sebagai relawan juga sebagian baru menamatkan pendidikan SMA. Setidaknya, ada dua tujuan yang ingin dicapai melalui komunitas tersebut. Pertama, pemberdayaan masyarakat dan kemajuan pendidikan anak.
“Dua pilar sekolah rakyat yaitu, mengacu pada gerakan pemberdayaan dan kemajuan pendidikan. Kemajuan pendidikan yang dimaksud itu, agar anak-anak itu belum selesai dengan pendidikan dasar, kita rancang dengan metode pembelajaran yang kami sebut sebagai pendidikan berbasis kekuatan, dasar, dan kontekstual. Kalau pemberdayaan sih, kita pendekatan dari sisi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat yang mandiri. Kita menolong, bagaimana masyarakat ini juga memiliki pendapatan yang mumpuni sehingga nantinya mereka tidak harus melakukan kriminalitas untuk memenuhi kebutuhan perut sejengkal,” ujar mahasiswa semester enam ini.
Namun, dalam menjalankan manajemen komunitas Sikkola Rakyat, tidak mudah bagi Andre. Banyak sekali tantangan dan kendala yang sampai saat ini masih dirasakan. Mulai dari sumber pendanaan mereka yang masih tergantung pada kolektif kolegial tanpa adanya donatur tetap. Bahkan, saat ini, komunitas tersebut baru memiliki satu rumah belajar yang dulunya adalah kandang ternak ayam warga, kemudian disulap menjadi lokasi belajar.
“Sejauh ini kita berdayakan rumah-rumah warga yang menjadi tempat belajar kita. Kita hanya punya satu tempat belajar yang dulunya kandang ayam dan sekaligus tempat botot ya kita alihfungsikan. Kalau anggaran dana sih masih kolektif kolegial. Anggaran dana itu murni dari relawan dan sukarelaan. Tiap bulan kita jalankan kantung berjalan,” katanya.
Selain masalah internal, Andre mengaku terkadang masih banyak orang tua dari anak-anak kurang mendukung anaknya mengenyam pendidikan non formal. Kebanyakan orang tua mereka lebih memprioritaskan anaknya untuk membantu mencari uang, karena kondisi ekonomi keluarga mereka yang di bawah kemiskinan.
“Pendekatan dengan orang tua yang butuh lebih intens. Karena di lokasi saya ini banyak orangtua yang justru menyuruh anaknya untuk mencari uang. Mungkin ini harus menjadi perhatian penting, karena haapan kita anak-anak ini harus bisa meningkatkan derajat keluarganya,” ujar Andre.
Namun, kendala dan tantangan yang mereka rasakan bukan menjadi alasan untuk putus harapan. Bagi Andre, salah satu pendekatan yang dilakukan agar komunitas yang mereka dirikan tetap eksis dengan saling menguatkan termasuk sesama relawan.
“Volunteer (relawan-red) kita juga punya kesibukan tersendiri, apalagi mereka temanteman kita juga. Terkadang hari Jumat mereka di kampus ada full laboratorium. Ada juga sukarelawan panas-panas di awal. Makanya, saya sebagai leader mencoba supaya mereka cinta kepada sekolah rakyat dan mereka merasa nyaman di sana,” ujarnya.
Seperti diketahui, saat ini untuk proses belajar di Sikkola Rakyat berjalan setiap Jumat dan Sabtu. Untuk Jumat pembelajaran dimulai pada Pukul 16.00 – 18.00 WIB, sedangkan pada Sabtu dimulai Pukul 14.00 – 16.00 WIB. Saat ini, Sikkola Rakyat juga telah merekrut relawan dengan total 50 orang dan murid sebanyak 25 siswa didik. Dari jumlah tersebut mereka dibagi atas tiga kelas yakni, belajar dan berhitung, bahasa Inggris, dan matematika.