KBRN, Blitar : Ditengah tengah kesibukan Ardhiana Malrasari (42) sebagai ibu rumah tangga, siapa sangka dari tangan kreatif emak emak asal Jalan Madura Perumahan Tirtomadu Kecamatan Sananwetan Kota Blitar ini lahir banyak kerajinan tangan berbahan dasar limbah celana jeans pekerja tambang. Berawal dari ketertarikannya untuk melestarikan lingkungan, ia mencoba menyulap limbah itu menjadi barang yang menarik dan bernilai jual tinggi.
Sejak tahun 2015, Ardhiana bergelut dengan kerajinan, salah satunya dengan membuat tas yang berbahan dasar kain impor. Namun, ketika ada pandemi Covid-19 tahun 2020 yang lalu muncul larangan impor barang dari luar negeri, sehingga ia kesulitan mendapat bahan baku. Seketika, kondisi itu membuat dirinya kebingungan karena tak bisa mendapat pasokan kain yang ia inginkan.
Kemudian ia mencoba untuk memutar otak, mencari ide lain agar tetap bisa memproduksi tas. Kebetulan dirumahnya ada tumpukan celana jeans bekas suaminya yang selama ini bekerja di Perusahaan Tambang yang berada di Provinsi Kalimantan. Dari sinilah, Arhiana mencoba memodifikasi limbah celana jeans menjadi produk tas dan dipadukan dengan kain batik ciprat karya penyandang disabilitas. Karena hasilnya bagus, ia memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak lagi dan ternyata disukai banyak orang.
"Saya sudah lama memproduksi tas, tapi bahan dasarnya itu impor. Kan waktu itu pandemi ada aturan ngga boleh impor, akhirnya saya kebingungan mencari bahan baku. Ngga sengaja di rumah melihat ada kain jeans berupa pakaian dan celana bekas suami yang kerja di pabrik tambang, akhirnya saya otak atik dan jadilah tas seperti ini," ujarnya, Senin (07/11/2022).
Kondisi pandemi Covid-19 membuat Ardhiana berhasil membuat terobosan baru berupa limbah celana jeans menjadi bahan dasar pembuatan tas dan mampu mempertahankan bisnisnya di bidang kerajinan ini. Hasil karya ibu dua orang anak ini tak perlu diragukan lagi. Meskipun hanya bermodalkan limbah atau celana bekas, tapi ia berhasil menyulapnya menjadi produk yang unik, menakjubkan dan memiliki nilai jual tinggi.
Selain memproduksi tas, baik itu tas ukuran kecil, sedang dan besar, ia juga memproduksi topi, pouch, dan tempat tisu.
Ia pun menyediakan ruang khusus dirumahnya tepatnya di bagian belakang untuk proses memproduksi limbah celana jeans menjadi beragam produk itu. Sehari hari, ia dibantu dengan dua orang pegawainya dan menghabiskan waktu untuk memproduksi limbah celana jeans.
"Ini saya buat tas, ada beberapa ukuran mulai dari kecil, sedang dan juga besar. Sesuai permintaan, dan biasanya memang kita kombinasikan dengan kain jeans yang warnanya redup dan yang terang," kata dia.
Bagi Ardhiana, sebenarnya tidak sulit dalam memproduksi limbah celana jeans menjadi produk tas. Ia memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan tempat kerja suaminya, agar bisa secara rutin mendapat pasokan limbah celana jeans pekerja pabrik.
Sebelum diproses, tahap awal yang ia kerjakan adalah mencuci, dilanjutkan dengan memilah satu satu persatu limbah celana jeans dari tingkat kepudaran warnanya. Kemudian, ia baru membongkar jahitan celana jeans untuk dipotong sesuai pola menjadi bahan membuat kerajinan tas.
"Setelah kita terima pasokan limbah celana jeans, langsung kita cuci lagi dan dilanjutkan dengan memilah dilihat dari tingkat kepudaran warnanya. Baru kemudian, dibongkar jahitannya dan dipotong sesuai dengan pola lalu dijahit," ucapnya.
Proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu lama atau butuh proses panjang, harga jual produk buatan Ardhiana ini terbilang cukup mahal. Mulai dari Rp150.000 - Rp400.000 per produk, tergantung dengan ukurannya. Setiap bulannya, ia bisa memproduksi tas berbahan limbah celana jeans ini sebanyak 50 buah. Sedangkan omset yang ia hasilnya sekitar Rp3 juta - Rp7 juta per bulannya.
Dalam penjualan produknya, Ardhiana tidak hanya sekedar menjual saja, tetapi ada edukasi kepada masyarakat terutama soal pemanfaatan limbah fashion menjadi kerajinan.
"Kalau harganya itu beragam, karena kan prosesnya cukup lama ya pembuatannya. Mulai dari Rp150.000 - Rp400.000 per buahnya, tergantung dengan ukurannya," tuturnya.
Sejauh ini memang Ardhiana hanya memasarkan produk kerajinannya ini secara online. Peminatnya pun paling banyak berasal dari luar Kota atau luar daerah. Ada yang membeli untuk keinginan pribadi, bahkan ada juga membeli digunakan sebagai oleh oleh ketika berkunjung ke luar negeri. Meski belum memiliki store, ia mempersilahkan calon pembelinya untuk datang ke rumah melihat secara langsung hasil produksi tas, topi, pouch, tempat tisu buatannya. Ardhiana menyiapkan tempat khusus di bagian belakang rumahnya
untuk tempat produksi kerajinan tas dan
beberapa tas, topi, dan tempat tisu berbahan limbah celana jeans hasil produksinya terlihat dipajang rapi di rak dan lemari dinding di ruang produksi.
"Ada yang memang pesan buat diri sendiri, ada juga yang buat oleh oleh. Yang jelas kami menerima pesanan atau custom dari pembeli ya," pungkasnya.
Ibu dua orang anak ini berharap, kedepan bisnisnya ini bisa dikenal luas dan bisa terus berkembang hingga memiliki toko atau store sendiri.KBRN, Blitar : Ditengah tengah kesibukan Ardhiana Malrasari (42) sebagai ibu rumah tangga, siapa sangka dari tangan kreatif emak emak asal Jalan Madura Perumahan Tirtomadu Kecamatan Sananwetan Kota Blitar ini lahir banyak kerajinan tangan berbahan dasar limbah celana jeans pekerja tambang. Berawal dari ketertarikannya untuk melestarikan lingkungan, ia mencoba menyulap limbah itu menjadi barang yang menarik dan bernilai jual tinggi.
Sejak tahun 2015, Ardhiana bergelut dengan kerajinan, salah satunya dengan membuat tas yang berbahan dasar kain impor. Namun, ketika ada pandemi Covid-19 tahun 2020 yang lalu muncul larangan impor barang dari luar negeri, sehingga ia kesulitan mendapat bahan baku. Seketika, kondisi itu membuat dirinya kebingungan karena tak bisa mendapat pasokan kain yang ia inginkan.
Kemudian ia mencoba untuk memutar otak, mencari ide lain agar tetap bisa memproduksi tas. Kebetulan dirumahnya ada tumpukan celana jeans bekas suaminya yang selama ini bekerja di Perusahaan Tambang yang berada di Provinsi Kalimantan. Dari sinilah, Arhiana mencoba memodifikasi limbah celana jeans menjadi produk tas dan dipadukan dengan kain batik ciprat karya penyandang disabilitas. Karena hasilnya bagus, ia memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak lagi dan ternyata disukai banyak orang.
"Saya sudah lama memproduksi tas, tapi bahan dasarnya itu impor. Kan waktu itu pandemi ada aturan ngga boleh impor, akhirnya saya kebingungan mencari bahan baku. Ngga sengaja di rumah melihat ada kain jeans berupa pakaian dan celana bekas suami yang kerja di pabrik tambang, akhirnya saya otak atik dan jadilah tas seperti ini," ujarnya, Senin (07/11/2022).
Kondisi pandemi Covid-19 membuat Ardhiana berhasil membuat terobosan baru berupa limbah celana jeans menjadi bahan dasar pembuatan tas dan mampu mempertahankan bisnisnya di bidang kerajinan ini. Hasil karya ibu dua orang anak ini tak perlu diragukan lagi. Meskipun hanya bermodalkan limbah atau celana bekas, tapi ia berhasil menyulapnya menjadi produk yang unik, menakjubkan dan memiliki nilai jual tinggi.
Selain memproduksi tas, baik itu tas ukuran kecil, sedang dan besar, ia juga memproduksi topi, pouch, dan tempat tisu.
Ia pun menyediakan ruang khusus dirumahnya tepatnya di bagian belakang untuk proses memproduksi limbah celana jeans menjadi beragam produk itu. Sehari hari, ia dibantu dengan dua orang pegawainya dan menghabiskan waktu untuk memproduksi limbah celana jeans.
"Ini saya buat tas, ada beberapa ukuran mulai dari kecil, sedang dan juga besar. Sesuai permintaan, dan biasanya memang kita kombinasikan dengan kain jeans yang warnanya redup dan yang terang," kata dia.
Bagi Ardhiana, sebenarnya tidak sulit dalam memproduksi limbah celana jeans menjadi produk tas. Ia memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan tempat kerja suaminya, agar bisa secara rutin mendapat pasokan limbah celana jeans pekerja pabrik.
Sebelum diproses, tahap awal yang ia kerjakan adalah mencuci, dilanjutkan dengan memilah satu satu persatu limbah celana jeans dari tingkat kepudaran warnanya. Kemudian, ia baru membongkar jahitan celana jeans untuk dipotong sesuai pola menjadi bahan membuat kerajinan tas.
"Setelah kita terima pasokan limbah celana jeans, langsung kita cuci lagi dan dilanjutkan dengan memilah dilihat dari tingkat kepudaran warnanya. Baru kemudian, dibongkar jahitannya dan dipotong sesuai dengan pola lalu dijahit," ucapnya.
Proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu lama atau butuh proses panjang, harga jual produk buatan Ardhiana ini terbilang cukup mahal. Mulai dari Rp150.000 - Rp400.000 per produk, tergantung dengan ukurannya. Setiap bulannya, ia bisa memproduksi tas berbahan limbah celana jeans ini sebanyak 50 buah. Sedangkan omset yang ia hasilnya sekitar Rp3 juta - Rp7 juta per bulannya.
Dalam penjualan produknya, Ardhiana tidak hanya sekedar menjual saja, tetapi ada edukasi kepada masyarakat terutama soal pemanfaatan limbah fashion menjadi kerajinan.
"Kalau harganya itu beragam, karena kan prosesnya cukup lama ya pembuatannya. Mulai dari Rp150.000 - Rp400.000 per buahnya, tergantung dengan ukurannya," tuturnya.
Sejauh ini memang Ardhiana hanya memasarkan produk kerajinannya ini secara online. Peminatnya pun paling banyak berasal dari luar Kota atau luar daerah. Ada yang membeli untuk keinginan pribadi, bahkan ada juga membeli digunakan sebagai oleh oleh ketika berkunjung ke luar negeri. Meski belum memiliki store, ia mempersilahkan calon pembelinya untuk datang ke rumah melihat secara langsung hasil produksi tas, topi, pouch, tempat tisu buatannya. Ardhiana menyiapkan tempat khusus di bagian belakang rumahnya
untuk tempat produksi kerajinan tas dan
beberapa tas, topi, dan tempat tisu berbahan limbah celana jeans hasil produksinya terlihat dipajang rapi di rak dan lemari dinding di ruang produksi.
"Ada yang memang pesan buat diri sendiri, ada juga yang buat oleh oleh. Yang jelas kami menerima pesanan atau custom dari pembeli ya," pungkasnya.
Ibu dua orang anak ini berharap, kedepan bisnisnya ini bisa dikenal luas dan bisa terus berkembang hingga memiliki toko atau store sendiri.