KBRN, Sampit : Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur (Kotim) mencatat terjadi 441 kasus Demam Berdarah di kabupaten ini sejak Januari lalu. Belakangan sejak musim penghujan kasus tersebut cenderung meningkat. Hal itu diungkapkan oleh Kadiskes Kotim, Umar Kaderi.
Adanya kecenderungan peningkatan tersebut pihak Dinkes mengimbau agar masyarakat berperan aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk mengingat hal tersebut lebih efektif dalam mencegah penyebaran demam berdarah dibandingkan melakukan fogging.
"Saya sudah panggil para camat untuk diberikan pembekalan tindakan apa nantinya yang dilakukan warga agar kita bersama-sama mencegah penularan demam berdarah," katanya, Jum'at (17/11/2023).
Saat ini berdasarkan pantauan, kecamatan dalam kota lah yang paling tinggi kasus Demam Berdarah, yaitu Kecamatan Baamang dan MB. Ketapang, dan Kecamatan Baamang bahkan memegang angka 78 persen kasus Demam berdarah secara keseluruhan.
"Nyamuk Aedes Aegypti selalu pencetus demam berdarah memiliki siklus hidup di air jernih yang tidak mengalir, dan kondisi itu banyak terdapat di pemukiman dan sekolah," kata Umar.
Hal itu bisa terjadi karena adanya kaleng berisi genangan air sehingga masyarakat dihimbau melakukan kegiatan 3M (menguras, menutup, mengubur) guna memutus siklus hidup nyamuk Demam Berdarah.
Bahkan sudah ada surat edaran agar masing-masing RT melakukan gotong royong kebersihan lingkungan guna meminimalisir penyebaran nyamuk.
Untuk fogging sendiri menurutnya hanya membunuh nyamuk yang sudah dewasa, namun masih kurang efektif dibandingkan gerakan 3 M. "Fogging itu dilakukan hanya untuk menyenangkan masyarakat saja, yang paling penting adalah tindakan 3 M," ujarnya. (Nafiri)