KBRN BINTUNI- Upaya menurunkan angka kasus stunting pada anak terus dilakukan Pemerintah Kampung Banjar Ausoi (SP 4) Distrik Manimeri di Kabupaten Teluk Bintuni.
Sejak Bulan Mei tahun 2023 kasus stunting di kampung transmigrasi ini ditemukan sebanyak 10 kasus,namun saat ini tersisa 4 kasus saja.
Kepala kampung Banjar ausoi Soedirman kepada RRI Rabu (15/11/3023) mengatakan, pemerintah kampung mengalokasikan anggaran untuk penanganan stunting sebesar Rp 53 Juta untuk membuat dapur sehat bagi anak penderita stunting, dapur ini digunakan untuk menyiapkan makanan bagi anak-anak penderita stunting, mulai dari sarapan pagi, makan siang hingga makan sore.
Dapur sehat ini sudah di buat sejak Oktober 2023 lalu yang dikelola PKK kampung bersama kader, dengan memanfaatkan sekertariat PKK, di dapur inilah anak-anak penderita stunting wajib makan 3 kali sehari dengan makanan bergizi yang sudah ditakar oleh petugas PKM dan menu yang berbeda.
"Untuk persiapan 3 bulan ini kami menyediakan anggaran Rp 53 juta untuk target 90 hari, harapnya akhir bulan november ini sudah tidak ada kasus lagi," ujar Sudirman.
Selain dapur sehat sebelumnya pemberian makanan sehat dan pendampingan pada anak kurang gizi juga gencar di lakukan pemerintah kampung Banjar Ausoi, bekerjasama dengan kader posyandu dan tenaga kesehatan, namun PMT ini diberikan langsung ke rumah-rumah, serta saat posyandu setiap bulanya.
Menurut petugas Kader Pembangunan Manusia (KPM) Kampung Banjar Ausoi Suherni, tahun 2023 anggaran untuk PMT, Posyandu, ATK, pemeriksaan kolestrol bagi posyandu lansia disediakan lebih dari RP 100 juta.
"Kalau posyandu kita berikan PMT yang di masak langsung oleh kader, dengan menu yang berbeda," katanya.
Progres pemberian makanan bergizi 3 kali sehari ini kata Suherni memperoleh hasil yang positif, karena dua minggu pendirian dapur sehat Berat badan dan tinggi anak mulai terlihat sedikit demi sedikit.
Dengan menurunnya angka kasus stunting di Banjar Ausoi, diharapkan akhir November 2023 sudah tuntas dan tidak ada lagi kasus baru.
Menurut Sudirman, kasus stunting di wilayahnya diyakini bukan karena masalah ekonomi, namun lebih ke lemahnya pola asuh orang tua dan pola makan anak yang kurang diperhatikan.
"Kalau soal ekonomi saya yakin bukan karena mereka yang anaknya stunting itu orang tuanya ada yang punya mobil tokonya besar, jadi tidak mungkin kalau masalah ekonomi," ujar Soedirman.
Oleh karena itu, bukan hanya mendirikan dapur sehat, namun kader posyandu yang gencar sosialisasi pentingnya menjaga kesehatan bagi ibu dan anak.