Kesehatan

Tidur Mendengkur, Apakah Berbahaya bagi Kesehatan?

Oleh: Heri Firmansyah Editor: Pessy 12 Nov 2023 - 08:25 Pusat Pemberitaan
Tidur Mendengkur, Apakah Berbahaya bagi Kesehatan?
Ilustrasi tidur mendengkur. (Foto: Hello sehat)

KBRN, Pangkalpinang: Manajemen Siloam Hospitals Bangka menggelar bincang edukasi secara online terkait mendengkur atau mengorok di saat tidur. Dokter Roni Januardi Sp.THTBKL sebagai narasumber mengatakan, keluhan mengorok atau mendengkur saat tidur harus diperiksa ke dokter karena pada hakikatnya dapat di intervensi dengan obat, alat bantu nafas, bahkan mungkin membutuhkan operasi sesuai diagnosis dan pencetus.

Seseorang dengan Indeks Massa Tubuh (BMI) lebih dari 30 bila mengorok saat tidur, apabila dipasang alat dan diperiksa saturasi oksigennya itu bisa 65 persen. Hal ini berbahaya untuk kesehatan apabila terus dialami, apalagi dalam kurun waktu yang lama. 

"Tidur mendengkur dapat terjadi karena adanya penyempitan dari saluran pernafasan atas sewaktu tidur, yang dapat menyebabkan adanya henti napas (apnea) saat tidur. Henti napas saat tidur dapat berlangsung lebih kurang selama 10 detik," kata dr. Roni Januardi di Siloam Hospitals Bangka, Kamis (9/11/2023).

Menurut dia, tidur mendengkur perlu diwaspadai apabila dialami setiap tidur. Sekaligus merupakan salah satu gangguan pernapasan saat tidur yang dapat membuat orang tidak bisa bernapas ketika tidur. 

"Hal ini tentu merupakan masalah yang cukup serius karena dapat meningkatkan kadar karbondioksida dan menyebabkan organ-organ kekurangan oksigen selama tidur. Obstructive Sleep Apnea atau OSA, sumbatan jalan napas sangat berbahaya," ucap Roni Januardi, Dokter Spesialis THT dan Bedah Kepala dan Leher.

Faktor Penentu dan Penanganan

Menurut Roni Januardi, tidur mendengkur dapat dialami oleh siapa saja. Adapun beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami hal tersebut, yaitu orang gemuk yang memiliki BMI lebih dari 25 - 30, lingkar leher yang lebih dari 40 cm, bertambahnya usia, laki-laki, terdapat kelainan struktur anatomi saluran pernapasan atas perokok, pengguna obat tidur, peminum alkohol, serta pada orang yang mengalami kelainanan anatomis rahangnya. 

Sedangkan pada anak-anak, tidur mendengkur seringnya diakibatkan oleh pembesaran atau pembengkakan adenoid dan tonsil (amandel). Penderita OSA seringkali didapatkan mengalami gasping atau tersedak dan terbangun malam hari yang berakibat tidur tidak pulas.

Gangguan tidur akibat OSA mengakibatkan penurunan kualitas hidup berupa rasa mengantuk sepanjang hari, konsentrasi yang menurun, rasa lelah dan lesu, sakit kepala, gelisah, hambatan dalam prestasi belajar atau bekerja, serta peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Sehingga munculah penyakit jantung, penyakit metabolik seperti diabetes melitus, stroke. Bahkan OSA juga dapat mengakibatkan penurunan kemampuan seks.

Pertolongan pertama pada pasien Mendengkur saat tidur adalah memperbaiki jalan napas dengan cara merubah posisi tidur (misal: bantal ditinggikan, tidur miring sisi kanan) dan segera periksakan dan ketahui penyebab mengorok/OSA dengan dokter spesialis dan dapatkan cara penanganan yang tepat.

"Terapkan gaya hidup sehat (tidak merokok, tidak bergadang, minum alkohol, hindari stres), makan makanan gizi seimbang, olahraga teratur 30 menit per hari," kata dr. Roni Januardi menutup sesi edukasinya.