Kesehatan

Siloam Hospitals Berkomitmen Beri Layanan Bedah Saraf Terbaik

Oleh: Heri Firmansyah Editor: Pessy 10 Nov 2023 - 16:15 Pusat Pemberitaan
Siloam Hospitals Berkomitmen Beri Layanan Bedah Saraf Terbaik
Ilustrasi Tim Dokter sedang melakukan operasi bedah saraf. (Foto: Halodoc)

KBRN, Tangerang: Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021-2022 menyebut Indonesia termasuk negara ketiga terendah di ASEAN dalam pemenuhan golden line rasio. Yakni rasio antara jumlah dokter, termasuk dokter umum, spesialis, dan sub-spesialis terhadap jumlah pasien.

Dari pantauan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Indonesia setidaknya membutuhkan empat jenis bidang spesialis, yaitu saraf, bedah saraf, saraf neurologi intervensi, dan bedah saraf neurovascular. Saat ini, kekurangan secara nasional untuk empat bidang spesialis tersebut sebanyak 417 dokter spesialis, yakni di spesialis saraf 92 orang, bedah saraf 11 orang, neuro intervensi  279 orang dan kebutuhan bedah saraf nerofa sekuler sebanyak 35 dokter spesialis dan sub-spesialis.

Sebagai penyakit penyebab kematian terbanyak di Indonesia, pemenuhan jumlah dokter spesialis penyakit stroke jelas menjadi prioritas, bersama dengan spesialis jantung, kanker, dan ginjal. Hal lainnya adalah ketersediaan rumah sakit yang memenuhi ketersediaan fasilitas teknologi dalam penanganan ilmu bedah saraf, khususnya jaringan rumah sakit yang tersebar di sejumlah daerah. 

Indonesia berada di posisi 0,46/1.000 dari rasio ideal 1/1.000 atau 1 dokter per 1.000 penduduk. Di tengah keterbatasan layanan bedah saraf, kehadiran dan keberadaan Siloam Hospitals dalam dedikasinya demi peningkatan kualitas hidup pasien, merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perjalanan Tim Bedah Saraf Siloam Hospital yang kini memasuki usia 27 tahun.

Tim Bedah Saraf Siloam Hospital juga telah mencatatkan prestasi diri secara international dengan berbagai kesuksesan dalam menangani berbagai kasus terkait kesehatan otak. Berbagai catatan dari Tim Bedah Saraf Siloam Hospital telah membanggakan bagi dunia kesehatan Indonesia melalui ragam edukasi ilmu bedah saraf sekaligus dalam penanganannya.

Beranggotakan 28 dokter spesialis bedah saraf yang tersebar di seluruh Indonesia, tim bedah saraf Siloam Hospitals itu telah melakukan lebih dari 20 ribu tindakan bedah saraf sejak layanan bedah saraf Siloam Hospitals hadir kali pertama pada November 1996. Meskipun Indonesia dinilai oleh WHO sebagai negara yang minim jumlah dokter spesialis/sub-spesialis Bedah Saraf, hal positif yang patut dibanggakan adalah adanya pengakuan dunia international.

Kompetensi dan inovasi para dokter ilmu bedah saraf indonesia telah diakui secara internasional dan di mata dunia. Pernyataan tersebut disampaikan Guru Besar FK UPH, Prof Dr. dr. Julius July, Sp.BS (K), Ph.D, di Tangerang, Banten, dalam keterangannya, Jumat (10/11/2023).

"Indonesia merupakan salah satu pusat informasi berdasarkan tingginya kasus dan mayoritas tindakan operasi bedah saraf yang ditangani pun rata rata berhasil ditangani. Di setiap forum internasional, banyak ahli bedah saraf yang selalu berdiskusi bersama kami tentang penanganan pasien sebelum tindakan pun saat melakukan pembedahan," kata Prof. Julius.

Dr dr Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS,  dokter bedah saraf pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi Deep Brain Stimulation pada penyakit Tourrette Syndrome.

"Di mata international, kemampuan kami diakui. Istilahnya tangan kami dianggap halus saat melakukan tindakan dengan strategi penanganan yang mumpuni," ujar Prof. Julius, yang juga anggota American Association of Neurological Surgeons sejak tahun 2015.

Prof. Julius yang berpraktik di  Tim Bedah Saraf Siloam Hospital sejak 2004, juga merupakan dokter senior dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi). "Bedah saraf di Indonesia berkembang pesat sejak 10 tahun terakhir dengan bertambahnya pusat ilmu bedah saraf sebanyak delapan tempat yang sebelumnya hanya ada di tiga kota besar. Selain itu, keseragaman kurikulum dengan mengikuti perkembangan teknologi bedah saraf," ucapnya.

"Contohnya teknologi pada sistem pemindai tubuh dan mikro instrument. Tiga pulun tahun lalu kita hanya mengenal sistem CT scan, belum ada teknologi sistem pewarnaan pada jaringan tubuh dan pembuluh darah," kata Prof. Julius.

Kemudian hadir teknologi MRI dan Siloam Hospitals turut berperan serta menyebarkan alat MRI  kesejumlah daerah. Ini tentu saja sangat membantu kinerja para dokter.

Operasi pertama yang dilakukan pada tahun 2001 dan tercatat sebagai operasi batang otak pertama di Asia Tenggara. Operasi batang otak pasien ini dipimpin oleh Ketua Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals Prof Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp.BS (K), Ph.D. Hingga kini Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals telah melakukan lebih dari 70 operasi batang otak dengan tingkat kesuksesan 100 persen.

Sejumlah prestasi lainnya juga ditorehkan Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals. Antara lain meraih rekor MURI yang dicapai Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS.

Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS. adalah dokter bedah saraf pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi deep brain stimulation pada penyakit tourrette syndrome. Ia juga menjadi dokter bedah saraf pertama yang berhasil melakukan operasi stereotactic brain lesioning thalamotomy pada penyakit epilepsi.

Dr. Made menjelaskan, penyakit tourrette sindrome merupakan penyakit di mana pasien memiliki dua gejala yaitu kadang berteriak kencang, nafas kencang, atau berbicara kasar tanpa disadari. Gejala yang kedua, pasien melompat tanpa bisa berhenti apalagi jika sedang dalam tekanan, di mana melompat merupakan gejala terberat dalam tourrette sindrome.

Pengobatan melalui obat-obatan juga sudah dilakukan, namun tidak menunjukan hasil yang diharapkan. Operasi deep brain stimulation penyakit tourrette sindrome dilakukan di Siloam Hospitals Karawaci, Tangerang, pada November 2018. "Saat ini pasien sudah melanjutkan aktivitasnya sebagai mahasiswa di Yogyakarta, dengan kondisi stabil, dan sudah tidak menunjukkan gejala apapun lagi," ujarnya.

Harapannya kedua operasi yang telah berhasil dilakukan ini menjadi tonggak untuk dunia kedokteran, khususnya bedah saraf, di mana ini menjadi batu loncatan karena saat ini sudah ada alternatif pengobatan untuk pasien-pasien dengan kasus epilepsi yang sudah kronis. Hal ini juga berlaku sama untuk pasien dengan tourrette sindrome dimana saat ini mungkin banyak masyarakat yang belum tahu alternatif pengobatan untuk penyakit ini, dengan hasil yang nyata.