Kesehatan

Kenali dan Waspadai Gejala Monkeypox

Oleh: Anik Hasanah Editor: Ria Enandini 06 Nov 2023 - 09:06 Surabaya
Kenali dan Waspadai Gejala Monkeypox
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Erwin Astha Triyono (Dok. Humas Dinkes Jatim)

KBRN, Surabaya: Meski Dinas Kesehatan Jatim menyatakan kasus konfirmasi Mpox atau monkeypox tidak ada di Jatim, namun masyarakat diminta waspada dan diimbau tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Erwin Astha Triyono mengungkapkan, waspadai bila kondisi tubuh terdapat beberapa gejala kurang sehat.

"Gejalanya antara lain demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, kelelahan yang terus menerus, nyeri tenggorokan, batuk dan hidung tersumbat, kemudian diikuti fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit,"  jelas Erwin, Senin (6/11/2023).

Penyakit ini umumnya bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung sekitar 2 – 4 minggu, namun dapat berkembang menjadi berat hingga kematian. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Erwin Astha Triyono

"Dari sejumlah kasus konfirmasi Mpox di Indonesia, mayoritas bergejala ringan dan tidak ada yang meninggal," tambahnya.

Namun, Erwin tetap mengimbau jika masyarakat mengalami atau menemui gejala serupa, segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, untuk mendapatkan penanganan klinis sehingga dapat mempercepat proses pemulihan dan meminimalisir bekas luka.

Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kasus Mpox, Dinkes Jatim telah mengirimkan Surat Edaran Nomor : 400.7.7.1/8660/102.3/2023 kepada seluruh Kadinkes kabupaten/ kota, Organisasi Profesi, dan Fasilitas Kesehatan termasuk Rumah Sakit.

Mereka diminta untuk waspada dan segera melaporkan bila menemukan kasus yang memenuhi syarat sebagai kasus Mpox, menyiapkan fasilitas pertolongan termasuk isolasi penderita dan karantina selama 3  sampai dengan  4 minggu.

Kemudian, meningkatkan jejaring dengan fasyankes di wilayah kabupaten/kota untuk kewaspadaan dini, melakukan sosialisasi kepada organisasi profesi yang mungkin bisa menemukan pasien di lapangan.

Kemudian bekerjasama dengan layanan HIV dan IMS yang potensinya sangat besar dalam penemuan kasus serta menyiapkan tim Penyelidikan Epidemiologi (PE) sebagai langkah tindak lanjut.