KBRN, Pontianak: Tren
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terpantau masih mengalami kenaikan
hingga akhir Oktober 2023. Dimana, tercatat hingga minggu ke-43, angka
kesakitan DBD di Kalbar ada 4.304 kasus, dengan 48 kasus di antaranya meninggal
dunia.
Tingginya, kasus meninggal dunia pada DBD, disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena terlambat penanganan.
Menyikapi hal itu, Penjabat Gubernur Kalimantan Barat Harisson mengemukakan, perlunya kesigapan dari para orangtua agar segera membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, apabila mengalami gejala demam tinggi.
Sementara bagi petugas kesehatan, harus lebih informatif memberikan keterangan kepada keluarga pasien terkait apa yang mesti dilakukan setelah mendapatkan pelayanan kesehatan.
“Pengetahuan orangtua itu harus ditingkatkan untuk mengenali tanda-tanda bahaya dari DBD ini. Kapan, bapak atau ibu keuarganya pasien harus membawa ke rumah sakit, jadi tidak dibia-biarkan. Kalau tidak paham dan dibiarkan saja, maka sudah gawat anak baru dibawa ke rumah sakit. Ini yang menyebabkan kematian,” ujarnya, Rabu (1/11/2023).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, dr. Erna Yulianti menyebut kasus DBD di Kalbar berpotensi akan bertambah, seiring musim hujan yang mulai melanda wilayah Kalbar.
Kondisi tersebut, dikatakan Kadiskes, secara tak langsung membuat populasi nyamuk Aedes Aegypti (penyebab utama DBD) meningkat.
dr. Erna mengatakan, hal ini yang menjadi faktor utama meningkatnya populasi nyamuk, sehingga menyebabkan peningkatan DBD.
"Terlebih di musim hujan seperti ini telur-telur (Aedes Aegypti) yang tadinya belum menetas, akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai terisi air hujan," pungkasnya.