KBRN Takengon : Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari RSIA Dedari Kupang, dr. Andree Hartanto, Sp.OG mengatakan konsumsi makanan alternatif dapat meningkat di masyarakat apabila bahan makanan tersebut diolah dengan baik sampai meningkatkan cita rasanya.
Kesimpulan tersebut didapatkan setelah dia mendapati para ibu di Nusa Tenggara Timur enggan memakan biskuit kaya gizi bantuan pemerintah maupun sajian daun kelor (Moringa oleifera) yang kaya nutrisi karena rasanya kurang enak.
Selain membuat rasa daun kelor lebih dapat diterima di lidah, dia juga menyoroti pentingnya edukasi tentang manfaat mengonsumsi daun kelor sehingga masyarakat paham bahwa tumbuhan tersebut ternyata bisa dimakan dan kaya akan gizi.
Pemerintah sekarang ini terus mempromosikan konsumsi makanan alternatif melalui diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada satu produk pangan tertentu, khususnya selama fenomena El Nino terjadi.
Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan sorgum dan jagung adalah beberapa komoditas yang dapat menjadi alternatif pangan dalam menghadapi dan beradaptasi pada kenaikan suhu akibat perubahan iklim.
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha, Jumat (20/10), mengatakan, walaupun peralihan komoditas bisa menjadi suatu opsi untuk beradaptasi menghadapi dampak perubahan iklim, hal tersebut harus diikuti dengan perubahan kebiasaan makan yang bisa dilakukan sejak dini. ( sumber : Hidup Sehat )