Kesehatan

BKKBN dan Kanwil Kemenag Aceh MoU Bidang Pembinaan Catin

Oleh: Munzir Permana Editor: Teuku Haris Fadhillah 29 Oct 2023 - 12:58 Banda Aceh
 BKKBN dan Kanwil Kemenag Aceh MoU Bidang Pembinaan Catin
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh melakukan pendandatanganan kerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, terkait penguatan dan pembinaan kepada Calon Pengantin dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Aceh.

KBRN, Banda Aceh : Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh melakukan pendandatanganan kerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, terkait penguatan dan pembinaan kepada Calon Pengantin dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Aceh.

Hasil Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia tertinggi angka kasus stunting dengan prevalensi stunting sebesar 33,2% atau berada diurutan ketiga tingkat nasional. Kemudian pada 2022, kasus stunting turun dua digit atau sebesar 2% pada 2022 dan menempatkan Aceh pada peringkat kelima tingkat nasional dengan angka 31,2%.

Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, saat membuka dan menutup kegiatan Implementasi Elsimil Tingkat Provinsi Aceh yang digelar di Hermes Palace Hotel Banda Aceh, dari 23 hingga 24 Oktober 2023.  yang dihadiri Kepala OPD KB dan Kepala Kankemenag 23 kabupaten/kota, menegaskan, bahwa pencegahan stunting dapat dilakukan bersama dan bekerjasama dengan melakukan pencegahan dari hulu.  Yaitu melalui Calon Pengantin, melakukan penguatan dan pembinaan, serta memantau kesehatan Catin sebelum menikah dan hamil.

Sebab kata Safrina Salim, jika stunting hanya dipikirkan penurunan angka kasusnya saja, maka akan lahir bayi stunting baru. Jelasnya, stunting akan memberikan dampak pada tingkat kecerdasan anak dibawah rata-rata usianya. Selain itu juga anak akan rentan  terhadap penyakit, sehingga menurunkan produktivitas yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan di dalam masyarakat. 

“Kita akan kehilangan generasi emas, SDM unggul. Generasi kita akan kalah saing sebab stunting berkaitan erat tidak saja kepada kesehatan tetapi juga tingkat kecerdasan anak yang menurun. Jika kita tidak bertindak cepat dan tidak peduli, belum sempat kita menurunkan stunting, maka akan lahir anak-anak stunting baru. Itu mengapa tindakan pencegahan juga perlu menjadi perhatian kita bersama,” tutur Safrina Salim.

Lanjutnya, kekurangan gizi pada kasus stunting dapat terjadi sejak bayi di dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, atau sering disebut sebagai 1.000 hari pertama dalam kehidupan. Namun, jelasnya, dampak stunting ini baru akan terlihat setelah anak berusia dua tahun. Pada anak dengan pertumbuhan normal, sel otaknya berkembang baik dengan cabang yang panjang. Pada anak stunting, sel otaknya berkembang terbatas, bercabang tidak normal, dan memiliki cabang yang lebih pendek daripada anak normal. 

Selanjutnya, Safrina Salim mengatakan, berdasarkan Perpres 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, intervensi gizi spesifik, yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan. Sementara intervensi gizi sensitif, yakni intervensi pendukung untuk penurunan stunting, seperti penyediaan air bersih dan sanitasi. 

“Penanganan stunting memerlukan koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dalam upaya pencegahan maupun percepatan penurunan stunting, BKKBN mengaggap sangat penting dan perlu memperkuat kemitraan dan berkolaborasi serta sinergi dengan Kanwil Kemenag Aceh, melalui penguatan dan pembinaan kepada calon pengantin. Maka hari ini kita melakukan penandatanganan MoU terkait pencegahan stunting dari hulu,” kata Safrina. 

Pencegahan stunting dari hulu, kata Kaper BKKBN Aceh,  merupakan sebuah tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya konsepsi pernikahan. Pencegahan stunting dari hulu dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah. Sebagai bentuk pencegahan, BKKBN memiliki inovasi aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) guna memberikan pendampingan pada Catin yang berisiko melahirkan bayi stunting.

Melalui pemeriksaan tiga bulan sebelum menikah, para calon ibu dan ayah, akan mendapatkan pendampingan untuk melakukan skrining kesehatan, cek darah, mengukur lingkar lengan atas, tinggi dan berat badan, serta perilaku merokok yang terkait erat dengan sperma berkualitas. Jika hasil skrining baik, maka Catin akan mendapatkan sertifikat ideal untuk menikah dan hamil. Namun jika berisiko melahirkan anak stunting maka kehamilan akan ditunda. 

Ketua Pokja Ketahanan Remaja, Nanda Masithah, menambahkan, tujuan dari kegiatan Implementasi Elsimil yaitu untuk membangun komitmen dengan mitra kerja untuk meningkatkan cakupan pendampingan Catin di Elsimil, pencegahan dan percepatan penurunan stunting dari hulu melalui kelas pra nilkah. 

“Perjanjian kerjasama ini sebagai pelaksanaan penguatan pendampingan bagi remaja, Calon Pengantin dan keluarga muda dalam rangka pencegahan perkawinan anak dan penurunan Stunting. Serta untuk mengoptimalkan dan meningkatkan keluarga berkualitas melalui penguatan, pembinaan, dan pendampingan bagi remaja, calon pengantin dan keluarga muda serta kerjasama pemanfaatan data,” pungkas Nanda. 

Sebagai nara sumber pada kegiatan tersebut, Plh, Kapusdiklat BKKBN RI, Dra, Elly Emalia, M.Pd, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, SKM, M.Kes, Penata KKB Ahli Madya, Irma Dimyati, SE, MSi, Ketua Tim Elsimil, Fredi, SPd, perwakilan dari Kanwil Kemenag Aceh dan Dinkes Aceh.

Ketua Tim Elsimil, Fredi dalam pemaparannya menyebutkan, cakupan data Elsimil masih rendah jika dilihat dari jumlah Catin yang akan menikah di Aceh. Sebut dia, Catin yang tercatat di dalam Elsimil hingga Oktober 2023 yaitu sebanyak 8.319 pasangan. Selain itu Elsimil juga mencatat sebanyak 3.345 PUS (pasangan usia subur) dan Ibu Hamil 34.084 orang.