KBRN, Bengkulu : Obat-obatan herbal, baik yang berbentuk pil atau cairan, bukan solusi yang tepat untuk mengatasi serangan jantung. Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah dari Heartology Cardiovascular Hospital, Jajang Sinardja.
"Itu sudah jelas mitos. Kita tidak bisa pukul rata semua obat herbal dapat menyembuhkan serangan jantung, kalau di iklan itu animasi saja," kata Jajang, Jumat (20/10/2023).
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menekankan belum ada satu zat pun yang dapat langsung melumerkan plak atau tumpukan lemak jahat (LDL) yang menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah di jantung. Termasuk pengobatan herbal.
Hal itu dikarenakan tindakan yang dapat diberikan untuk menangani pasien dengan serangan jantung pada masa kini dan terbukti efektif, baru ada tiga jenis. Yakni pemberian obat trombolitik, pemasangan ring melalui intervensi koroner perekutan primer (primary PCI) dan operasi jantung.
Ia mencontohkan penemuan metode pemasangan ring melalui primary PCI oleh dokter bernama Geoffrey O Hartzler pada 1983 membutuhkan waktu setidaknya 10 tahun dengan total 1.000 pasien untuk mendapatkan pengakuan. Metode tersebut di kemudian hari terbukti jauh lebih baik dibandingkan pemberian obat.
Sedangkan keberhasilan dari pengobatan menggunakan herbal yang hanya diklaim sejumlah orang saja. Serta tidak dapat serta merta diterima sebagai metode baru dalam dunia medis karena jatuhnya hanya bersifat testimoni.
"Jadi kalau testimoni, itu cuma satu atau dua orang dan peluangnya kebetulan. Entah karena dikarang-karang sama penjualnya atau bagaimana," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut dia, semua metode yang ditemukan di dunia medis, harus berlandaskan pada penelitian lebih lanjut. Ini yang mencakup perbandingan dengan metode lainnya, guna menemukan tingkat efektivitas serta efeknya pada pasien.
“Di sini saya mau menekankan, bukan dokter tidak mau percaya, tapi harus ada bukti ilmiah lebih lanjut dan harus dibandingkan untuk dibuktikan, baru bisa diterima. Kadang iklan itu menyesatkan, penjelasannya justru terbalik dengan ilmu di dunia medis, kasihan pasiennya,” ucapnya.
(rri.co.id)