KBRN, Surabaya : Untuk mencapai target eliminasi Tuberkolosis pada anak, Dinas Kesehatan Kota Surabaya membuat roadmap program dengan target bisa terpenuhi pada tahun 2026 mendatang.
Priyo Susilo, dari perwakilan Dinas Kesehatan kota Surabaya, untuk memenuhi target eliminasi tuberkolosis, pihaknya tidak dapat bekerja sendiri namun juga akan menggandeng kalangan akademisi seperti Geliat Airlangga dan Unicef.
"Kemudian dari temuan kasus tersebut, apabila sakit, bisa segera diobati, dan apabila infeksi tuberkulosis, kita segera tangani. Sehingga dimana kasus tuberkolosis ini, bisa ditekan menjadi tuberkolosis yang tidak aktif. Sehingga eliminasi program tuberkulosis di indonesia di tahun 2030 ini bisa tercapai. Untuk kota Surabaya saat ini, melakukan program di mana membuat program roadmap terkait dengan eliminasi tuberkolosis lebih cepat dengan target di tahun 2026 itu bisa eliminasi," jelas Priyo Susilo, Selasa (17/10/2023).
"Adapun itu kolaborasi dengan terlihat Universitas Airlangga, sebagai bidang pengembangan ilmu. Sehingga teman-teman yang ada di layanan kesehatan, bisa memberikan suatu kemudahan, dalam penanganan kasus tuberkulosis," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim pengabdian masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Prof. Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S. mengatakan program eliminasi tuberkolosis optimis dapat terwujud seperti halnya program penurunan angka kematian ibu dan bayi yang pernah terjadi di kota Surabaya.
"Kita bekerja sama dengan Unicef, utamanya untuk menurunkan kematian ibu dan bayi di Surabaya, khususnya angka kematian ibu dan bayi masih tinggi. Kemudian, kita bersama mahasiswa, bersama para dosen, dan mitra stakeholder yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak, berkomitmen untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pada awalnya, kota Surabaya memiliki posisi tertinggi, jadi nomor 1 pada tahun 2015. Kota Surabaya memiliki banyak rumah sakit, banyak dokter spesialis anak, dan apa yang terjadi sini, dan selanjutnya, kita dari perguruan tinggi bersama Unicef, melakukan kegiatan yang kita sebut Geliat Airlangga (Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat berbasis masyarakat dan keluarga). Yang terjadi, setelah kita sekian lama bersama-sama, dengan masyarakat, kemudian bersama rumah sakit dan pemerintah kota Surabaya, yang memiliki komitmen sangat tinggi untuk kesehatan ibu dan anak, maka kota Surabaya sudah sangat turun angka kematian ibu dan bayinya, dan tidak lagi di posisi tertinggi, dan posisi sudah sangat jauh," jelas Prof. Nyoman Anita Damayanti.
Sebagai catatan, kasus Tuberkolosis di Indonesia menduduki peringkat 2 tertinggi di dunia berdasarkan pada dataGlobal TB Report (GTR) per 2022.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan menyebut, per 2022 terdapat sekitar 969.000 kasus TBC di Indonesia termasuk kasus TBC Anak pada 2022 ditemukan sebanyak 100.726 kasus. (OA)