KBRN, Nabire:
Pj Gubernur Papua Tengah, Dr. Ribka Haluk, S.Sos., MM melaunching “Gerak Cepat
Atasi Stunting” di Provinsi Papua Tengah.
Kegiatan launching dibarengi dengan pemberian makanan tambahan bagi anak
dibawah umur 2 tahun, ibu hamil dan anak balita bermasalah gizi, di Puskesmas
Wami Jaya, Kampung Wami, Distrik Yaur, Kabupaten Nabire, Jumat (6/10/2023).
Pj. Gubernur
Papua Tengah, Ribka Haluk, mengatakan gizi buruk adalah salah satu hal yang
menjadi masalah global di Indonesia termasuk di
Provinsi Papua Tengah. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik
sejak dalam kandungan hingga bayi lahir, dapat menyebabkan terjadinya berbagai
masalah kesehatan, baik pada ibu maupun bayinya.
Salah satu gangguan kesehatan yang berdampak pada bayi yaitu stunting atau
tubuh pendek (tidak sesuai dengan umur ) akibat kurang gizi kronik. “Stunting
dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi dan infeksi berulang terutama pada
saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak
terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2
tahun (730 hari),” ujar Ribka Haluk.
“Salah satu
cara mencegah stunting adalah pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan kepada ibu
hamil. Upaya ini sangat diperlukan, mengingat stunting akan berpengaruh
terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat
kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit diperbaiki.”
Ribka Haluk
menyampaikan launching “Gerak Cepat Atasi Stunting” ini merupakan langkah pemerintah
provinsi Papua Tengah melakukan intervensi pengentasan stunting. Ia berharap
dengan launching ini, Satgas Penanganan Stunting mulai berkerja ekstra dimulai
dalam penanganan di Kabupaten Nabire yang terdata jumlahnya mencapai 900 orang
anak mengalami stunting.
“Kedepan kita
akan mulai intervensi, mulai dari memberikan makanan tambahan, gizi dan
pemberian bantuan tunai langsung. Jadi kita akan memantau langsung apakah
anak-anak asupan makanannya cukup, yakni makanan protein hewani dan asupan gizi
yang cukup. Lalu melakukan proteksi bagi anak-anak muda yang ingin menikah,
sehingga ketika menikah dan punya anak mulai dari 0 hari hingga 1000 hari
kehidupan gizi sudah harus bagus,” pungkasnya.
Ia
menyampaikan kepada seluruh anak yang mengalami stunting akan diberikan bantuan
tunai langsung dengan jumlah Rp 850.00 – Rp 1.000.000 serta Rp 250.000 untuk
kader pendamping sebagai pengganti biaya transportasi. Dinas Kesehatan Provinsi
Papua Tengah diminta olehnya untuk menyelesaikan masalah stunting di Kabupaten
yang jumlahnya 900 anak dalam waktu sepekan.
“Saya tidak
mau tau, dimulai dari 27 kasus di Kampung Wami yang mengalami stunting, dinas
kesehatan harus sudah menyasar 900 anak yang mengalami stunting di Kabupaten
Nabire dalam waktu 1 minggu ini. Setelah itu kita tuntaskan di 7 kabupaten
lainnya dan dalam 3 bulan ini, kita sudah harus selesai menyisir anak-anak kita
yang mengalami stunting,” jelasnya.
Ribka
menambahkan perlu juga dilakukan sosialisasi pencegahan stunting yang
semestinya dilakukan dengan upaya mencukupi kebutuhan gizi sejak anak dalam
kandungan hingga usia dua tahun. Sosialisasi terus dilakukan, diikuti dengan
kesadaran akan kewajiban menjaga kesehatan.
“Jadi kita
juga siapkan kader pendamping, dengan jumlah 1 orang menangani 4 orang anak.
Nanti para kader inilah menjadi ujung tombak di lapangan untuk memantau
perkembangan anak-anak dalam gangguan stunting dan juga melakukan sosialisasi,”
tutupnya.
Launching aksi gerak cepat tangani stunting di
Provinsi Papua Tengah yang di Puskesmas Wami, Distrik Yaur, Kabupaten Nabire itu
turut dihadiri Bupati Nabire Mesak Magai, Pj. Sekretaris Daerah (Sekda)
Provinsi Papua Tengah Anwar Harun Damanik, Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat Sekda Papua Tengah, Ausilius You, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Papua Tengah dr. Silwanus Sumule, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Provinsi Papua Tengah, Fred James Boray dan beberapa pimpinan
OPD Provinsi Papua Tengah dan Kabupaten Nabire.
Hadir pula Kepala Distrik Yaur, Kepala dan staf Puskesmas Wami Jaya, serta beberapa kepala kampung dan masyarakat penerima bantuan penanganan stunting di Provinsi Papua Tengah.