KBRN, Jakarta: Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Yarsi, Pratiwi Sudarmono mengatakan, dicabutnya moratorium FK merupakan upaya pemerintah menambah dokter di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi momentum masifnya perguruan tinggi untuk membuka Fakultas Kedokteran.
"Meski jumlah lulusan kedokteran akan meningkat usai dicabutnya moratorium. Namun aspek kualitas mutu lulusan nantinya juga harus tetap terjaga," kata Pratiwi di acara baiat pejabat struktural dan penanggung jawab internasionalisasi FK Universitas Yarsi di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Dia menilai, kualitas mutu dapat tetap dijaga melalui pengembangan ilmu dan teknologi. "Inilah yang menjadi upaya kita untuk menyumbangkan tenaga kedokteran bermutu bagi masyarakat Indonesia,” katanya, menambahkan.
Kualitas mutu juga menjadi salah satu fokus utama Pratiwi saat dilantik menjadi Dekan FK Universitas Yarsi. Menurutnya, pengembangan kualitas lulusan yang dilakukan akan diselaraskan dengan integrasi nilai dan praktik islam yang sudah menjadi kekhasan dari Universitas Yarsi.
“Bahkan, ke depan mutu keilmuannya akan coba kami perluas. Hal ini dilakukan sehingga bisa diintegrasikan langsung dengan rumah sakit YARSI,” katanya, menjelaskan.
Astronot wanita pertama Indonesia itu, mengatakan, Universitas Yarsi telah memiliki sistem belajar mengajar yang unggul. Ini pula yang menjadi target utama dirinya yang terus berkomitmen untuk menjaga lulusan Universitas Yarsi.
"Terbukti dari dari hasil UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter). Di mana lebih dari 160 mahasiswa FK Yarsi berhasil lulus dengan nilai cumlaude," ujar Pratiwi.
Kepala Program Studi Internasional FK Yarsi, Ratna Sitompul mengatakan, pengembangan kompetensi dokter ke depan harus merambah ke bidang ilmu lain. Salah satunya, yakni masuk ke ranah industri health care yang saat ini tengah populer.
"Ini menjadi salah satu alasan mengapa seorang dokter juga harus cakap dan memiliki keilmuan dibidang ekonomi. Harapannya tentu tidak hanya menghasilkan dokter yang hanya sesuai standar kompetensi, tapi beyond that, nah itu yang akan kami gali,” kata Ratna.
Dia berharap, pengembangan keilmuan kedokteran dapat memberi sumbangsih di kancah internasional. Salah satunya, adanya kolaborasi antara keilmuan kedokteran di Indonesia dengan standar luar negeri.
“Sehingga, lulusan kita tidak hanya memiliki standar kompetensi indonesia. Tapi jauh lebih bagus dari itu,” ucapnya.