Kesehatan

Resistensi Antimikroba Harus Diatasi Bersama

Oleh: Mahadevi Pramitha Editor: Yahya Widada 25 Sep 2023 - 20:55 Yogyakarta
Resistensi Antimikroba Harus Diatasi Bersama
Kongres Nasional Kampanye Informasi Obat 2023 bertajuk Optimizing Antimicrobial Stewardship, With a Focus on Antimicrobial Resistance yang digelar Fakultas Farmasi UGM, Sabtu-Minggu (23-24/9/2023) (Foto: RRI/Paramita Putri)

KBRN, Sleman : Resistensi antimikroba menjadi satu permasalahan yang harus diatasi bersama oleh berbagai kalangan. Karena ancaman akibat resistensi ini bisa menimbulkan yang disebut dengan silent pandemic. 

Hal itu terungkap dalam Kongres Nasional Kampanye Informasi Obat 2023 bertajuk Optimizing Antimicrobial Stewardship, With a Focus on Antimicrobial Resistance yang digelar Fakultas Farmasi UGM, pada Sabtu-Minggu (23-24/9/2023).

Ketua panitia konggres, Enrico Bramantyo Adi mengatakan, kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran tentang bahaya resistensi anti mikroba dan bagaimana penggunaan antibiotik yang baik. Karena masih banyak penggunaan antibiotic yang tidak tepat di masyarakat.

“Dampak resistensi itu bisa menyebabkan tubuh kita, semisal terkena suatu bakteri dan diberi antibiotic itu tidak dihabiskan itu kalau kena lagi nggak akan bisa dikasih obat yang kandungannya sama. Itu kalau satu dua orang mungkin nggak apa-apa tapi kalau banyak orang akan menyebabkan obat yang sama tidak akan efektif untuk masyarakat luas. Sehingga penyakit yang disebabkan oleh infeksi itu susah untuk diobati,” ujarnya.

Sementara itu salah satu narasumber kegiatan, Ketua Perkumpulan Aksi Pengendalian Resistensi Antimikroba (PAPRA), apt. Fitria Nur Hidayah juga mengatakan hal serupa. Di Indonesia pengetahuan mengenai penggunaan obat antimikroba ini belum merata. Masih banyak ditemukan kasus penggunaan obat yang tidak tepat baik itu mis use maupun over use.

“Cukup tidaknya perlu dievaluasi lagi karena kenyataannya bahwa masih saja ditemukan mis use dan over use, jadi penggunaan yang tidak tepat ataupun over use itu yang menyebabkan resistensi anti mikroba,” katanya.

Lebih lanjut Fitria juga mengatakan bahwa hal ini tidak hanya menjadi perhatian dari apoteker saja. Namun juga tenaga kesehatan lain seperti dokter, dokter gigi, bahkan dokter hewan, dan juga mereka yang bergerak pada isu lingkungan.(dev)