KBRN, Yogyakarta: kasus stunting menjadi ancaman secara nasional yang terus ditekan agar zero stunting menuju Indonesia emas 2045 dapat terwujud. Indonesia menargetkan pada tahun 2024 mendatang prevalensi stunting secara nasional dapat turun diangka 14 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, secara keseluruhan prevalensi anak stunting di Kota Yogyakarta sebesar 12 persen. Atau sudah melampaui target penurunan prevalensi stunting secara nasional.
Namun, Emma menyebutkan, hasil tersebut tidak lantas berpuas, karena masih ada 12persen yang harus dilakukan intervensi termasuk dengan ibu hamil di kota Yogyakarta.
Sehingga, edukasi kepada calon pasangan muda ataupun generasi muda untuk sejak dini mencegah kelahiran anak beresiko stunting dapat dicegah.
"Untuk stunting ini, intervensi yang dilakukan pemerintah ada dua yaitu, spesifik dan sensitif," kata Emma, Selasa (19/9/2023).
Secara spesifik dijelaskan Emma, menjadi tanggungjawab Dinas kesehatan atau pada sisi keseharan yang langsung menyasar kepada balita maupun ibu.
Akan tetapi dari intervensi sensitif diperlukan dukungan bantuan Organisasi Perangkat Daerah lainnya.
"Jadi kalau intervensi spesifik itu dipersentase 30persen, sedangkan pada intervensi sensitif 70persen," ucap Emma.
Sehingga diakui Emma, penuntasan permasalahan stunting di Yogyakarta tidak hanya sekedar dituntaskan pada sisi kesehatan, akan tetapi butuh dukungan seluruh pihak.
"Kota progresnya baik karena ada tim percepatan stunting tingkat kota sampai kelurahan. Sehingga itulah juga yang mengawal kasus stunting yang ada di kota Yogyakarta," ujar Emma.