Kesehatan

Kenali Virus Nipah, Virus Baru dari India

Oleh: Aura Aulia Editor: Arita Mulat Kristianadewi 19 Sep 2023 - 09:00 Cirebon
Kenali Virus Nipah, Virus Baru dari India
Ilustrasi Istimewa / Center for Disease Control's Public Health Image

KBRN, Cirebon: Baru selesai dari pandemi COVID-19, dunia digegerkan kembali dengan Virus Nipah (NiV) yang tengah merebak di Kerala, India tepatnya di Distrik Kozhikode.

Virus Nipah merupakan virus yang ditularkan dari hewan, seperti babi dan kelelawar buah ke manusia (zoonosis). Tak hanya dari hewan, NiV dapat pula ditularkan dari makanan yang terkontaminasi atau kontak dengan orang yang terinfeksi. Virus ini pertama kali ditemukan di Malaysia setelah menewaskan lebih dari 100 orang pada tahun 1999. Kasus ini mendorong pemusnahan satu juta ekor babi dalam upaya membasmi virus tersebut.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wabah Virus Nipah terjadi hampir setiap tahun dibeberapa negara Asia terutama Bangladesh dan India. Virus Nipah juga masuk dalam daftar WHO bersama dengan Ebola, Zika dan COVID-19 menjadi penyakit yang layak mendapat prioritas penelitian, karena berpotensi epidemi global.

Bagaimana Gejala Virus Nipah?

Berdasarkan kasus yang dilaporkan kepada WHO, gejala awal ialah Demam, Sakit Kepala, Mialgia (nyeri otot), Muntah dan Radang (Sakit Tenggorokan). Dalam beberapa kasus dapat diikuti dengan:

-              Pusing dan/atau mengantuk

-              Kesadaran Terganggu

-              Ensefalitis (pembengkakan otak) akut

-              Pneumonia Atipikal, dan/atau

-              Masalah pernapasan parah lainnya.

Gejala ini dapat beragam dan luas untuk kasus yang berbeda dari infeksi ringan, berat hingga ensefalitis akut. Masa inkubasi diyakini berkisar antara 4 hingga 14 hari. Namun, telah dilaporkan juga masa inkubasi 45 hari.

Hal yang paling banyak ditanyakan setelah merebaknya Virus Nipah ialah ketersediaan vaksin. Hingga saat ini belum ada peneliti atau ahli kesehatan yang memberikan keterangannya terkait vaksin. Namun WHO mengatakan penanganan dari kasus ini masih terbatas dan melakukan perawatan intensif dianjurkan untuk mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah. (Sumber: WHO - Rara RRI)