Kesehatan

Stunting Masih Tinggi, Nurhayati: Suami Juga Punya Peran Penting

Oleh: Muhammad Wildan Pratomo Editor: Senpi Hilhamsyah 16 Sep 2023 - 09:12 Bandung
Stunting Masih Tinggi, Nurhayati: Suami Juga Punya Peran Penting
Edukasi Stunting oleh Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhayati Efendi bersama BKKBN Jabar (Foto: Doc BKKBN Jabar)

KBRN, Bandung: Anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi menegaskan pentingnya upaya mencegah stunting. Bahkan iapun berpesan kepada para suami. Kalau negara ini tidak fokus mengawal tantangan stunting, sebutnya, bisa mengakibatkan adanya lost generation. Tertinggal dalam percaturan dunia. Hingga angka kematian ibu dan anak tinggi.

“Jadi, tolong ya pak, kalau isterinya hamil atau mau hamil, jangan dibikin stres ya. Bikin dia bahagia. Harus dibahagiakan pak”, pesan Nurhayati di hadapan ratusan warga berbagai kalangan, laki-perempuan, yang menghadiri kegiatan bertempat di GOR Desa Bojongsari, Kec.Gunungtanjung itu, Sabtu (16/9/2023) 

Di awal bahasan anggota Komisi IX DPR RI itu mengingatkan beberapa hal pemicu stunting seperti, sanitasi buruk, pernikahan usia muda, anemia pada masa kehamilan, praktik pengasuhan anak tak baik, kemiskinan, gizi buruk. 

Kenapa kalangan bapak perlu perhatian? Tanya Nurhayati yang kemudian ia bahas penyebab stunting selain lantaran faktor gizi buruk misal, pun dampak bisa dari pikiran. 

"Menghadapi situasi apapun semestinya dalam kondisi tenang. Ibu-ibu harus selalu tenang. Mulai psikis dan fisik. Kala ibu-ibu lagi hamil, stress, itu akan membawa dampak ke janinnya,"ujarnya.

“Ibu yang hamil, melahirkan, menyusui, mengurus anak itu, capek. Nah terus suami ngeselin apalagi sampai selingkuh, itu bikin kesel. Nanti anaknya jadi korban,” imbuhnya

Ia menggambarkan jika kondisi ibu sudah seperti itu, pola makan anaknya tak terperhatikan, ini tentu membuat kebutuhan gizinya tak seimbang. Jika sudah demikian, itu berisiko kena stunting. Lalu, imunitas tubuhnya menurun. Hingga terjadilah kekurangan gizi kronis. 

“Jadi, itulah kenapa bahagia itu wajibnya ya. Pemahamannya apapun, situasinya harus bahagia,” terangnya. 

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Fazar Supriadi mengatakan, Indonesia adalah negara besar. Dalam urut keempat dunia. Namun masih ada kondisi atau tantangan-tantangan di negara ini yang tampak masih membuat tertinggal. Fazar memulai sorotan dengan sedikit berkelakar, seperti dengan rata-rata postur tubuh orang Indonesia yang pendek, sehingga masih jauh bisa hebat di dunia olahraga seperti, sepak bola, bola voli, basket.

Kecuali itu, kondisi sama dengan IQ atau kecerdasannya, pendidikannya rendah. Penduduk Indonesia masih dengan rata-rata tamatan SD kini. Kemudian berikutnya di soal derajat kesehatan, kematian ibu dan bayi masih tinggi. Pendapatan per kapita rendah. Pertahun penghasilan Rp 10 juta, dibagi per bulan di kisaran Rp 900 ribu.

Menyoal angka stunting, di Kab.Tasikmalaya, catatnya, masih menjadi daerah yang masih cukup tinggi, 22,4%. Masih di atas 20%. Presiden mencanangkan angka ini harus di posisi 14% pada 2024.

“Bagaimana caranya? Ya harus bersama-sama. Selain pemerintah pusat, ya daerah juga. Sampai di tingkat desa-desa, juga masyarakatnya. Tentunya kami di tingkat provinsi,” terangnya. 

Yang disoroti Fazar berikutnya, menyambung dari apa yang sudah dibahas Nurhayati, di antaranya dengan keberadaan jamban tak layak yang masih tinggi, berangka 1.000-an di Tasikmalaya. Padahal, mestinya nol.

Lalu mengingatkan para tenaga TPK dengan garapan, sosialisasi pendewasaan usia pernikahan, terus dampingi catin, dampingi ibu hamil dan setelah melahirkan, sampai anaknya berusia 59 bulan. Plus dengan penggunaan sumber air bersih. 

Anak terkena stunting tidak cerdas. Ia kesulitan belajar. Ia kesulitan untuk fokus. 

“Dengan kondisi itu akhirnya kita kehilangan generasi yang cerdas. Kondisi ini merugikan. Bukan tidak mungkin terjadi lost generation. Ini kalau tidak diantisipasi dan terus-menerus berlangsung tiap tahun”, pungkasnya.