KBRN, Sintang : Sudah hampir 4 tahun Apriani (49) harus hidup terpisah dengan suaminya yang bekerja di salah satu perusahaan sawit di Semitau Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat.
Ia terpaksa mengontrak rumah di Sintang untuk memudahkanya menjalani rutinitas cuci darah di Rumah Sakit Ade M Joen Sintang. Jarak dari Semitau ke Sintang memerlukan waktu tempuh 5 hingga 6 jam perjalanan darat, itulah alasan kenapa Ia harus berpisah dengan suaminya.
Apriani adalah satu dari 33 pasien yang harus menjalani cuci darah 2 kali seminggu di Rumah Sakit Ade M Joen Sintang.
Sore Itu Ia masih terbaring tempat tidur ruang perawatan Hemodialisa (HD) Rumah Sakit Ade M Joen Sintang, dengan infus ditangan kiri, Ia tetap semangat utuk menceritakan latar belakang kehidupanya pernah putus asa karena penyakitnya, namun bersyukur telah terdaftar menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan.
“ Hidup saya sekarang sangat bergantung BPJS, Karena Biaya cuci darah ini berat, dulu waktu belum ada BPJS saya harus menanggung 900 ribu untuk cuci darah belum biaya obat obatan dan lainya,” ungkapnya.
Ia empat bersaudara. Apriani Didiagnosa menderita Ginjal Polikistik, Pengalaman pahit dari dua saudaranya sudah meninggal karena tidak mampu mengaggung biaya berobat harusnya tak terulang, sehingga Apriani bersyukur pemerintah memiliki BPJS, kini yang tertinggal dirinya bersama kakaknya.
“ Alhamdulillah Saya bersyukur punya BPJS, Saya dulu empat bersaudara jenis penyakitnya sama Ginjal Polikistik, tapi kakak saya belum mau cuci darah dia bertahan kalau sakit dia kedokter,” katanya.
Ruang HD Rumah Sakit Ade M Joen Sintang menjadi tempat pertemuan yang nyaman buat para penyintas gagal Ginjal, Perawat Jaga Ruang HD, Azmi mengatakan diruangan ini pasien rutin, setiap kelompok dua kali seminggu mereka bertemu, para perawat jaga ,erasakan keajraban setiap hari. Karina Diperlukan waktu minimal 4 jam dalam proses pencucian darah sehingga dalam sehari mereka cukup lama berinteraksi.
“ Disini ada 33 pasien rutin dengan kapasitas 6 tempat tidur, pasien ini rawat jalan semua, saat melakukan rantai HD (cuci darah) bisa saling berinteraksi, ngobrol, nonton, bahkan sambil ngasuh cucu, ya sudah seperti keluarga, mereka dari berbagai latar belakang ada guru, kades, Rumah tangga dan pensiunan, disini ada yang sudah 9 tahun, sudah tidak kencing 6 tahun,” ungkap Azmi
Husniah (60) tahun sudah menjalani perawatan hampir 4 tahun. Guru olah raga SD di Sintang ini yang baru pensiun pada mei 2023 ini menyenyebut sesama penyintas gagal ginjal selalu saling memberi semangat disini seratus persen pasien BPJS.
“ Kami Kalo tidak ada BPJS tidak sanggup, ada keluarga saya dulu susah karena belum ada BPJS, kami disini sekarang sangat terbantu dan benar benar merasakan manfaatnya BPJS,” ungkap Husniah.
Begitu pula yang disampaikan Agus (50) Ia telah merasakan manfaat BPJS. selama 7 tahun secara terus menerus menjalani cuci darah, pekerja swasta ini mengatakan BPJS telah memperpanjang usianya hingga saat ini.
“Kalau tidak ada BPJS saya sudah lewat,” kenang agus.
“ BPJS harus tetap ada Karena orang orang seperti kami merasakan betul manfaatnya,” sambungnya.
Humas Rumah Sakit Ade M Joen Sintang Nursamsiah memastian pihak rumah sakit tak pernah diskriminatif pada pasien. stigma negative pembedaan layanan untuk pasien BPJS dan umum di Rumah sakit dapat dipatahkan dengan beberapa kesaksian pasien rutin diruang HD.
Apalagi saat ini saat kata Nursamsiah, Pemerintah tengah memastikan setiap warga dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan yang baik. Melalui promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, bermutu dengan biaya terjangkau melalui Universal Health Coverage (UHC) BPJS.
“ Hampir 90 persen pasien Rumah Sakit di RSUD Ade M Joen Sintang adalah peserta BPJS, dan ini terus meningkat karena ini untuk mendukung UHC, kami jiga di rumah sakit juga terus berbenah dengan peningkatan layanan digital, saat ini pendaftaran melalui online sedang berproses, kemudahan layanan juga kami tingkatkan dengan cukup menggunakan NIK, tidak perlu lagi memfoto copy kartu dan sebagainya,” kata Nursamsiah.
Rumah sakit, kata Nursamsiah, selalu menyarankan pentingnya memiliki BPJS kesehatan pada pasien, BPJS adalah salah satu cara bergotong royong bidang kesehatan sehingga membantu masyarakat lainya untuk mendapatkan kesetaraan layanan kesehatan. (fik)