KBRN, Jakarta : Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan mengungkap keterkaitan antara pasien kanker paru dengan polutan di udara. Kesimpulan tersebut diperoleh dari penelitian 300 penderita kanker paru yang dirawat.
"Jadi bukan semata-mata karena merokok atau lainnya. Polutan berperan besar," kata Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Feni Fitriani Taufik dalam konferensi pers RSUP Persahabatan secara daring, Rabu (23/8/2023).
"Ada 12 kasus. artinya 11,1 persen dan empat persen kasus kanker paru itu berkaitan dengan polusi udara," kata Feni.
Keluhannya adalah pernafasan akut, asma, kanker paru, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penyakit-penyakit tersebut menjadi konsekuensi dari pajanan polusi udara.
Dikutip dari kantor berita ANTARA, rerata usia pengidap kanker paru di Indonesia 5-10 lebih muda dibandingkan di luar negeri. Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Onkologi, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Sita Laksmi Andarini.
"Di luar negeri, data menunjukkan rataan usia 68 tahun. Di Indonesia berada di angka 58 tahun," kata Sita, Rabu.
Sita mengatakan angka tersebut merupakan angka rataan, bukan angka minimum. Sebab, dia mendapatkan sejumlah pasien kanker paru yang berada pada usia sekitar 40-an.
Ia juga menyayangkan kasus kanker paru yang umumnya ditemukan sudah berada pada stadium lanjut. "Di RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Persahabatan Jakarta, 95 persen pasien yang datang untuk didiagnosis sudah mencapai stadium empat," ujarnya.
Karenanya, Sita mengimbau masyarakat agar melakukan skrining bila terpapar faktor risiko penyebab kanker paru. Dengan melakukan skrining sejak dini, dapat mengurangi risiko terjadinya kanker lebih parah.
"Kalau masih dini, angka harapan hidup jauh lebih besar. Juga pembiayaannya berbeda jika masih berada di stadium satu dan dua, dibandingkan jika sudah sampai stadium tiga dan empat," katanya.