KBRN, Mataram: Pemprov NTB hingga kini masih gencar melaksanakan Gerakan Bakti Stunting untuk menurunkan kasus stunting di daerah ini. Berdasarkan data e-PPGBM, per Februari 2023 lalu angka stunting di NTB sebesar 14,76 persen. Persentase tersebut diupayakan terus menurun sesuai dengan instruksi Presiden.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr.H.Lalu Hamzi Fikri mengatakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan beberapa waktu lalu, intervensi protein hewani tahap pertama berdampak pada peningkatan berat badan secara adekuat pada anak sasaran intervensi.
"Ada perubahan status gizi dari stunting menjadi satu tingkat lebih baik dari kondisi sebelumnya yaitu gizi kurang atau gizi baik," ujarnya, Rabu (9/8/2023).
Gerakan Bakti Stunting merupakan salah satu upaya pemerintah Provinsi NTB yang dilakukan secara bergotong royong dengan melibatkan masyarakat, mitra, CSR dan seluruh perangkat pemerintahan dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga desa.
Hal yang utama yang dilakukan yaitu pemberian protein hewani berupa intervensi telur kepada sasaran posyandu keluarga bermasalah gizi yaitu bayi dua tahun (baduta) stunting dan baduta wasting serta ibu hamil KEK dan ibu hamil Anemia.
Menurutnya, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berada dilingkup Pemerintah Provinsi terlibat sebagai pendamping. Hal ini dikuatkan dengan Surat Keputusan Gubernur NTB Nomor 030.13-226 Tahun 2023 Tentang Pembentukan Tim Pendamping Kecamatan Program Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi NTB.
Kegiatan Bakti Stunting sendiri sudah berjalan sejak bulan Mei 2023 dan hingga saat ini masih berlangsung. Diperkirakan dengan intervensi hewani berupa telur selama 90 hari yang berakhir di bulan Agustus – September 2023, akan semakin banyak bayi yang keluar dari status stunting.
"Dalam pelaksanaanya, OPD telah melakukan distribusi telur melalui kecamatan setiap minggu," kata dr. Fikri.
Ia mengatakan, sebagai bahan evaluasi dari program ini, diperlukan penguatan dan keterlibatan kader, PKK, TPK dalam pendistribusian untuk memastikan telur sampai pada sasaran dan distribusi dilakukan secara berkelanjutan setiap minggu.