Kesehatan

Kebiasaan 'Brandu', Awal Penularan Antraks ke Manusia

Oleh: Ulfah Nurul Azizah Editor: Yahya Widada 09 Jul 2023 - 18:51 Yogyakarta
Kebiasaan 'Brandu', Awal Penularan Antraks ke Manusia
drh. Retno saat memberikan keterangan (Foto: RRI/Ulfah Nurul Azizah)

KBRN, Gunungkidul: Meninggalnya satu orang warga Jati, Candirejo, Semanu dan juga puluhan warga zeropositif antraks beberapa waktu lalu disebabkan oleh tradisi 'Brandu' 'yang masih dilakukan warga Gunungkidul. Kegiatan Brandu atau Mbrandu ini menjadi awal penularan antraks dari hewan ternak kepada manusia.

Tidak hanya di Candirejo Semanu pada tahun ini saja, peristiwa serupa juga terjadi di Gombang Ponjong pada tahun 2019 silam.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, drh. Retno Widiastuti mengatakan, sejak adanya laporan mengenai ternak mati di Padukuhan tersebut, pihaknya langsung bergerak cepat untuk melakukan penelusuran di lapangan. Hasilnya ada 6 sapi dan 6 kambing yang mati pada periode November sampai dengan Juni.

Saat penelusuran dilakukan tim tindak menemukan bangkai ternak yang dikubur, sebab secara keseluruhan sapi mati langsung disembelih dan dagingnya dikonsumsi oleh warga.

β€œKami tidak menemukan bangkainya. Ada beberapa lokasi yang kami lakukan identifikasi karena disitu merupakan tempat sapi-sapi tersebut disembelih. Hasil uji laboratorium menyatakan tanah di titik-titik itu ada spora anthrax dari darah ternak yang disembelih,” paparnya.

Dirinya tidak menampik bila tradisi brandu masih banyak dilakukan oleh warga Gunungkidul. Dengan kembali munculnya anthrax hingga menular ke manusia, pendekatan dan edukasi kepada masyarakat kembali digalakkan baik oleh DPKH maupun Dinas Kesehatan.

β€œNiat mereka sebenarnya baik agar pemilik ternak tidak rugi kan setelah disembelih ini kemudian sepaketnya di harga 40 ribu. Uang yang terkumpul kemudian diberikan ke pemilik sapi, tapi tradisi seperti ini yang harus diubah sebab berakibat fatal,” imbuh Retno.