KBRN, Oregon: Peneliti mengeluarkan alat evaluasi baru dalam untuk mendiagnosis bentuk isolasi sosial ekstrem yang dikenal sebagai hikikimori. Alat evaluasi diagnostik ini dipublikasikan secara daring pada 15 September disertai surat rekan penulis di jurnal World Psychiatry.
Alat ini adalah teknik terstruktur pertama untuk mengevaluasi orang-orang yang menderita gejala hikikimori. Kondisi hikikimori pertama kali diketahui terjadi pada generasi muda di Jepang.
Namun, kondisi ini diyakini umum terjadi pada orang-orang dari segala usia di seluruh dunia. Alat ini dinamai Evaluasi Diagnostik Hikikomori, atau HiDE.
Alat ini memberikan panduan praktis dan pertanyaan wawancara terstruktur khusus bagi dokter untuk mendiagnosis kondisi tersebut. Hikikimori sendiri ditandai dengan stres yang disebabkan isolasi selama berbulan-bulan di rumah.
“Penyedia layanan kesehatan dan pasien yang pernah mendengar tentang hikikomori masih sering tidak tahu apa sebenarnya hikikomori itu, atau bagaimana mereka bisa dievaluasi secara klinis. Anggota keluarga mencari terapis dan psikiater yang dapat membantu, dan mereka menemui jalan buntu,” kata penulis utama Alan Teo, profesor psikiatri di School of Medicine at Oregon Health and Science University, Amerika Serikat, dan psikiater di VA Portland Health Care System.
Alat evaluasi baru ini menawarkan peta jalan bagi para dokter untuk mendiagnosis hikikimori dengan jelas. Ini karena hikikimori berbeda dari bentuk penyakit mental lain seperti gangguan kecemasan umum.
Awal tahun 2020, Teo dan rekan penulisnya menerbitkan definisi hikikomori yang disederhanakan dan jelas di World Psychiatry. Belum kering tinta tulisan tersebut, pandemi COVID-19 memaksa sebagian besar orang di dunia bekerja dari rumah.
Masyarakat juga dipaksa menahan diri dari pertemuan publik dalam jumlah besar. Ini menyebabkan isolasi sosial ekstrem bagi sebagian orang, dan memperburuk isolasi sosial bagi sebagian lainnya.
“Ketika COVID melanda, orang-orang mulai menghabiskan lebih banyak waktu sendirian, pergi ke guanya sendiri. Hal ini memengaruhi cara kita menjalani hidup,” kata Teo, mengutip dari Oregon Health and Science University, Selasa (19/9/2023).
"Selain itu, teknologi mendorong kita untuk melihat ke layar dan tidak harus saling menatap mata. Saya rasa semua faktor ini mendorong lebih banyak orang ke arah risiko hikikomori," katanya.
"Kami awalnya mengembangkannya untuk digunakan dalam penelitian kami. Selama dua tahun terakhir, dengan menerapkannya pada lebih dari 100 pasien yang ditemui di klinik pusat medis akademis kami di Jepang, kami terus menyempurnakannya," katanya dalam jurnal World Psychiatry.
"Untuk meminimalkan bias ingatan, sebagian besar item di HiDE berfokus pada gejala selama sebulan terakhir," ujar Teo.
Untuk menyelesaikan diagnosis HiDE, dokter membutuhkan waktu 5 hingga 20 menit tergantung jumlah respons positif. Langkah selanjutnya setelah didiagnosis akurat adalah memberikan panduan klinis untuk benar-benar menangani kondisi tersebut.
“Kami tidak tahu pengobatan mana yang berhasil, dan pengobatan mana yang tidak berhasil. Kami fokus untuk melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Anda tidak dapat menangani sesuatu jika Anda tidak dapat menyetujui apa yang dimaksud, dan jika Anda tidak dapat mendiagnosisnya sejak awal,” kata Teo.