Pemerintah Australia Kekurangan Pekerja, Universitas Fort de Kock Harus Manfaatkan

KBRN,Bukittinggi; Universitas Fort de Kock Bukittinggi Senin (6/2/23) pagi bertempat di Aula Lt III adakan General Studium Lecture / Kuliah Umum "Peluang Kuliah dan Kerja di Australia" dengan Keynote Speaker Atase Pendidikan & Kebudayaan Konsulat Besar Republik indonesia (KBRI) Canberra Australia Prof. DR. Mukhmad Najib.

Kegiatan dilakukan civitas akademika Universitas For de Kock tidak terlepas dari peran Drs. H. Gusrizal Dt. Salubuak Basa sebagai Staf khusus Bidang Luar Negeri Universitas Fort de Kock Bukittinggi Ketua Yayasan Universitas For de Kock Windanofil.S.KM.M.M dan Rektor Universitas For de Kock DR. Evi Hasnita.,S.Pd.M.Kes dalam upaya meningkatkan kolaborasi dan konektifitas sehingga dapat meningkatkan iptek dan Networking go internasional secara profesional.

Banyak tokoh tokoh besar di Sumbar kebanyakan merantau ke Jawa dan ini merupakan suatu modal bahwa kita komplek dan sukses dimanapun berada dan ini ada pada Universitas Fort de Kock

Budaya tradisi marantau yang lebih bisa juga dilakukan ke Australia jika tidak kesampaian namun bisa diniatkan didalam hati, bahkan 9 juta berimigrasi ke Australia di Abat 19 dilakukan orang eropa mencari "better life". kehidupan dan wawasan baru bahkan di Islam juga diajarkan Hijrah mencari kehidupan lebih baik

Dari data 2019 orang indonesia hijrah belum banyak hanya baru mencapai 88.740 orang imigran dari Indonesia jauh lebih banyak jika dibandingan orang Vietnam penduduknya kecil, bahkan jumlah Mahasiswa indonesia berada di Australia saat ini tercatat 15.800 disamping tujuan melanjutkan study pendidikan juga bekerja, berbisnis dan travelling.

Pemerintah Australia berikan kesempatan bagi alumni australia telah masuk permanen resident tentunya dengan kemampuan bahasa inggris pastinya

"Pasca Covid-19 pemerintah Australia kewalahan mencari pekerja sekitar 420 ribu terutama tenaga kesehatan dan ini peluang baik bagi Universitas Fort de Kock,"ucap najib.

Disebutkan alasan mendapatka better life dipertimbangkan karna jarak dekat sscara geografis, Pengembangan iptek baik, Kekuatan emosional, Perjanjian IA-CEPA.

Untuk komposisi mahasiswa indonesia dia Australia tertinggi High Educational 53,8 % dan bahkan unemployed ataupun mengganggur juga diberikan salary

Sementara itu, Rektor Universitas Fort de Kock DR. Hj. Evi Hasnita.,S.Pd.M.Ke kegiatan dilakukan ini dapat membuka cakrawala membuka fikiran bagaimana bisa bekerja di Australia.

Juga Universitas Fort de Kock memiliki 11 Prodi juga tengah melakukan penjajakan kerjasama dengan negara Malaysia, Fhilipina, Curtin dan Jepang dan Universitas Fort de Kock tidak saja memiliki sarana dan prasarana yang cukup dan memadai terus berbenah diri untuk menjadikan Universitas ini menuju universitas yang dapat berdaya saing global dan diakhir acara pada 5 Mahasiswa / i  ajukan pertanyakan diberikan souvenir dari Pemateri (JM/RRI BKT)