KBRN, Jakarta: Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) melaporkan, terjadi peningkatan jumlah anak-anak tidak bersekolah di seluruh dunia. Data UNESCO menyebutkan, anak-anak tidak bersekolah meningkat sebanyak enam juta orang, dengan total 250 juta saat ini.
"Pendidikan dalam keadaan darurat. Meskipun banyak upaya telah dilakukan selama beberapa dekade terakhir untuk menjamin pendidikan berkualitas bagi semua orang," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay dikutip dari laman UNESCO, Minggu (24/9/2023).
Azoulay menyatakan, temuan ini melemahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB 4. "Yaitu, menetapkan tujuan pendidikan berkualitas untuk semua pada tahun 2030," ucap Azoulay.
Menurut temuan UNESCO, kata dia, peningkatan ini sebagian disebabkan oleh tidak diikutsertakannya perempuan dan anak perempuan secara massal dalam pendidikan di Afghanistan. "Namun, juga disebabkan oleh stagnasi lebih luas dalam penyediaan pendidikan di seluruh dunia," kata Azoulay.
Sebab, kata dia, apabila negara negara berada pada jalur tepat dalam mencapai target nasional SDG 4 mereka, maka akan ada enam juta lebih anak bersekolah di taman kanak-kanak (TK). Kemudian, 58 juta lebih anak-anak dan remaja bersekolah.
"Dan setidaknya 1,7 juta lebih guru sekolah dasar telah menerima pelatihan," kata Azoulay mengungkap temuan UNESCO. Azoulay juga mengimbau supaya pendidikan pada anak-anak diperhatikan di seluruh penjuru dunia.
"Negara negara harus segera melakukan remobilisasi. Jika mereka tidak ingin mengorbankan masa depan jutaan anak," ucap Azoulay.
Mengingat, pada 2022, sebanyak 141 negara berkomitmen mempercepat kemajuan menuju SDG 4. Tepatnya, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Transformasi Pendidikan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).
"Komitmen tersebut, harus tercermin dalam tindakan saat ini. Tidak ada lagi waktu terbuang sia-sia, untuk mencapai SDG 4," kata Azoulay.
"Satu anak baru perlu terdaftar di sekolah setiap 2 detik, antara sekarang hingga tahun 2030. Masa depan jutaan anak ada di tangan Anda".
Dia merinci, jutaan anak harus terdaftar dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) setiap tahun, hingga tahun 2030. "Dan kemajuan dalam tingkat penyelesaian sekolah dasar (SD) harus meningkat hampir tiga kali lipat," kata Azoulay.
Temuan UNESCO kali ini, kata dia, juga berangkat dari data tahun 2015. Data UNESCO pada tahun tersebut, menunjukkan anak menyelesaikan pendidikan dasar telah meningkat, yaitu kurang dari tiga poin persentase menjadi 87 persen.
Sementara itu, jumlah lulusan pendidikan menengah meningkat kurang dari lima persen menjadi hanya 58 persen, pada 2015. Namun, berdasarkan data UNESCO terbaru ini, hanya satu negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah mampu mengukur kemajuan pembelajaran pada akhir sekolah dasar.
Yaitu, Vietnam, di antara 31 negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah. "Vietnam adalah satu-satunya negara dengan mayoritas anak-anaknya mencapai kecakapan minimum dalam membaca dan Matematika," kata Azoulay.