Mengenang Penyelamatan Panguragan dari ‘Kuburan Maut’ Sampah Medis

Oleh: Admin Pusat Pemberitaan Editor: Ari Dwi P 20 Sep 2023 - 16:33 Pusat Pemberitaan
Mengenang Penyelamatan Panguragan dari ‘Kuburan Maut’ Sampah Medis
Tumpukan sampah medis yang dibuang di daerah Panguragan, Kabupaten Cirebon, pada 2019 (Foto: RRI Cirebon)

SEPENGGAL diskusi dan obrolan pada 2019 kala itu mampu menyatukan sikap perjuangan pemuda di wilayah Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon. Mereka menentang daerahnya dijadikan ‘kuburan maut’ limbah medis. 

Tumpukan bekas selang infus, botol-botol kecil sampel darah dan urine, hingga bekas alat suntik makin menggunung di tempat pembuangan sampah liar kawasan itu. Pemandangan di pinggir jalan desa, dekat areal sawah dan sungai itu telah menggugah keberanian para pemuda. 

Mereka tidak ingin melihat kondisi tidak sehat nan menjijikan tersebut. Apalagi pihak berwenang seperti tidak memberi perhatian sama sekali, seolah aparat memilih bungkam. 

Tidak tahan melihat realita itu, salah seorang pemuda berinisial WDR memberanikan diri memotret onggokan limbah medis. Setelah itu diunggah ke media sosial, Facebook.

“Kebetulan setiap hari saya kerja lewat situ. Jalannya rusak dan pembuangan sampahnya pun lumayan panjang, 50-100 meter,” kata WDR, yang meminta namanya disimpan. 

Rutin melewati jalan itu jelas mudah bagi WDR untuk mengamati bila terjadi penampakan yang aneh. Benar saja, tengok kanan-kiri ternyata memang ada botol-botol semacam insulin, seperti antibiotik dari rumah sakit.

“Pas saya selidiki, ada ternyata. Jarum suntik sama darah dan masih banyak lagi. Seharusnya tidak boleh dibuang di situ,” kata WDR.

Penampakan sampah medis di Panguragan, Kab. Cirebon, pada 2019 (Foto: RRI Cirebon)

Unggahan di media sosial itu perlahan mendapat respons dari netizen. Jejaring sosial menjadi riuh hingga memicu reaksi dari para pemuda.

Desakan agar aparat berwenang segera melakukan penertiban dan pembersihan wilayah Panguragan dari limbah medis terus disuarakan. Tidak berhenti, meski dibayangi ancaman teror dan intimidasi. 

DR, salah seorang pemuda yang bekerja di gudang penampung limbah medis di Panguragan, membuka kisah. Ia sudah tidak tahan dengan situasi gudang berbau anyir dan menyengat.

Rentetan kejanggalan yang terus dilihat, membuat DR akhirnya memilih keluar. Ia ingin bebas dari lingkungan pekerjaan di gudang penampungan limbah medis.

Menurut DR, limbah medis yang ditampung di gudang Panguragan didatangkan dari berbagai rumah sakit di luar Cirebon. Truk pengangkut limbah biasanya datang pagi-pagi, sebelum subuh atau bahkan menjelang malam.

Adanya tumpukan limbah medis di tempat pembuangan sampah di pinggir jalan desa, bersumber dari 11 gudang limbah medis di Panguragan yang memiliki kapasitas puluhan ton. Ia melihat sendiri keadaannya, bahkan cara kerja orang-orang di gudang tersebut.

“Saya lihat sendiri, sisa-sisa operasi seperti daging, jeroan manusia itu masih ada. Karena barang itu murni datang dari sisa-sisa limbah medis yang ada di rumah sakit,” kata DR.

Wilayah Panguragan selama ini dikenal sebagai sentra rongsokan dan barang-barang bekas. Di wilayah itu dengan mudah dijumpai tumpukan rongsokan di halaman dan rumah-rumah penduduk. 

Bagi warga setempat, rongsokan sebetulnya dianggap ‘tambang emas’, sumber mata pencaharian sehari-hari. Begitu juga buat Narti, 53 tahun. 

Demi mendapatkan uang Rp1,5 juta per bulan, perempuan yang sudah sakit-sakitan itu rela bekerja di gudang limbah medis. Dia memilah limbah medis dengan mengabaikan risiko kesehatan.

Sampai akhirnya Narti yang sebatang kara itu jatuh sakit, terbaring tak berdaya di rumahnya. Dia bahkan sulit mengungkapkan apa yang dialami sebenarnya.

Shafi'i Tri adalah keponakan Narti yang setiap hari merawat buliknya itu. Shafi'i Tri mengaku pernah menyaksikan kondisi gudang limbah medis yang dianggapnya mengerikan.

“Kerjanya itu nyelorotin alat suntik bekas sampai selang infus. Dikasih sarung tangan, tetapi baru sekali,” kata Shafi’i.

“Kalau saya enggak ingin kerja di situ, takut karena sarang penyakit. Katanya kalau punya darah yang sama akan tertular,” ujarnya.

“Enggak punya uang enggak apa-apa (daripada bekerja di gudang itu). Lihat dari jalan sudah perih, seram,” ucap Shafi’i.

Limbah medis jelas sangat berbahaya bagi kesehatan. Apalagi dibuang di sembarang tempat. 

Ketika meninjau lokasi pembuangan limbah medis di Panguragan, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Dr. Edi Susanto menyatakan limbah medis memang beracun dan berbahaya. Itu sebabnya dianggap infeksius. 

“Ini kan ada reduksi dan segala macam. Ada serum-serum bekas, atau flakon (botol kecil) yang sangat infeksius. Banyak risikonya misal hepatitis, HIV, dan segala macam,” kata Edi Susanto.

Pihak-pihak terkait mulai membersihkan tempat sampah medis yang ada di Panguragan (Foto: RRI Cirebon)

Apa yang dilakukan para pemuda dalam menguak limbah medis di Panguragan itu kemudian ditindaklanjuti pihak berwenang. Dari situ kemudian dilakukan pengusutan, hingga akhirnya menyeret pelaku pemilik gudang, seorang oknum TNI.

Sejak itu gudang limbah medis segera disegel. Barang-barangnya sudah diangkut pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk dimusnahkan. Sedangkan lokasi tempat pembuangan sampah di tepi jalan itu diuruk.

Kasus hukum limbah medis ketika itu sudah masuk ranah hukum. Meski saat itu muncul ketakutan, teror, dan intimidasi selalu muncul dan dirasakan kaum muda di Panguragan.

Namun sekarang kondisinya lebih bersih dan terlihat lapang, apalagi sudah ditetapkan sebagai lokasi larangan membuang sampah. Meski sisa-sisa kenangan bekas ‘kuburan maut’ sampah medis masih terasa. 

Pelajaran yang dipetik adalah semangat aksi heroik dari para pemuda Panguragan yang tidak pernah surut. Mereka berjuang menyelamatkan wilayah Panguragan dari ancaman pembuangan limbah medis.

Lebih dari itu apa yang pernah terjadi di Panguragan bisa menjadi pelajaran masa sekarang. Bagaimana seharusnya menangani sampah medis, tanpa mengorbakan kesehatan warga.