MENCARI Kemerdekaan dalam dunia pendidikan di bawah kolong jembatan harus dijalani anak-anak usia 5-10 tahun di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (16/9/2023). Tim RRI, coba menelurusi kawasan kolong tol dan fly over, di sepanjang Jalan Pemuda Pramuka, Rawamangun, pukul 09.00 WIB.
Tepat perempatan lampu merah arah Universitas Negeri Jakarta (UNJ), sekitar 100-200 meter, kami menemukan kumpulan anak-anak kecil. Pukul 09.30 WIB, jumlah anak-anak kecil itu terus bertambah dari berbagai arah di kawasan Jalan Pemuda Pramuka.
Muka-muka polos, terpancar rasa riang gembira di wajah generasi penerus bangsa yang mencari kemerdekaan dalam dunia pendidikan. Bermodalkan alas kaki sandal jepit, pakaian seadanya, anak-anak 'kolong jembatan' tersebut tampak antusias menunggu sang pengajar datang.
Kebisingan kendaraan, debu, hingga polusi di jalan, tak menggaggu jiwa membara anak-anak untuk bisa baca, tulis, dan menghitung. Tepat pukul 10.00 WIB, terlihat hadir seorang wanita dengan menaiki motor tua hadir menghampiri anak-anak 'kolong jembatan' tersebut.
Sosok wanita tersebut adalah Valentina Sastrodihardjo, seorang relawan pendiri Rumah Belajar Pelangi Nusantara. Alumni UNJ tersebut ternyata sudah 13 tahun lebih mengabdikan diri menjadi tenaga pengajar untuk anak-anak 'kolong jembatan'.
Mendirikan sekolah kolong secara gratis sejak 2010 silam, Valen (sapaan akrab) harus menembuh berbagai tantangan dan cobaan. Mulai menyisihkan gaji Rp800 ribu sebagai guru honorer, untuk cukup membiayai kuliah dan perlengkapan pendidikan anak-anak kolong.
Tidak hanya soal biaya, Valen juga dilanda rasa bimbang. Karena keluarga terutama sang ayah tidak mendukung langkahnya tersebut.
Lalu, sadar biaya untuk pendidikan anak-anak kolong kurang, Valen memberanikan diri menjadi ojek online (ojol). Pilihan itu dijalani demi menutupi semua kebutuhan.
Karena, setiap kali mengajar, Valen ini selalu membawa perkakas alat-alat pembelajaran hingga bekal makanan. Ya, bekal makanan itu bukan untuk dirinya, melainkan diberikan kepada anak-anak kolong.
Pada kesempatan itu, Valen tidak hadir sendirian dalam melakukan belajar-mengajar anak-anak kolong. Valen ditemani oleh Indira dan Talita Manda, selaku relawan pengajar murid-murid Rumah Belajar Pelangi Nusantara.
Perlu diketahui, Indira merupakan alumni Rumah Belajar Pelangi Nusantara yang kini duduk di bangku SMA. Ya! Indira merupakan anak didik Valen, sang murid kini mengabdikan waktu liburnya untuk membantu sang guru.
Kemudian, Talita merupakan mahasiswa Universitas Dian Nusantara (Undira). Kepada RRI, Talita mengaku senang jika bisa bermain dengan anak kecil, apalagi sambil mengajar belajar.
Selain mereka, hadir juga Eva Dipanti selaku Relawan Cerdas Cemerlang (Abo Edu Indonesia). Wanita ini berasal dari Kutai Timur, Sangata, Kalimantan Timur.
Beratapkan beton-beton fly over Rawamangun yang memiliki ketinggian, setinggi orang dewasa, kami menyaksikan langsung proses belajar mengajar itu. Dalam pembukaan proses belajar mengajar, Valen melakukannya dengan melontarkan yel-yel semangat.
Para orang tua murid, secara antusias menunggu anak-anak di bawa kolong jembatan. Ya, dengan membawa sebotol minuman untuk sang anak dan beberapa cemilan dari rumah.
Tidak ada tempat jajan, kantin, dan fasilitas makanan di kolong jembatan ini ya!. Anak-anak kolong ini pun tidak memikirkan uang jajan sama sekali, mereka hanya ingin bisa bermain dan belajar.
Lagu Indonesia Raya pun berkumandang di bawah kolong jembatan Rawamangun. Valen ternyata, turut memupuk jiwa 89 anak-anak kolong jembatan ini agar cinta Tanah Air.
Selanjutnya, "Valen Miliki Latarbelakang Profesi Guru"