Nahas Sinyal Kereta Pindah Jalur di Odhisa

Oleh: Ari Dwi P Editor: Jack Rosubun 10 Jun 2023 - 08:24 Pusat Pemberitaan
Nahas Sinyal Kereta Pindah Jalur di Odhisa
Kecelakaan kereta api besar terjadi di Odhisa, awal Juni ini. Tiga kereta terlibat dalam kecelakaan kelam tersebut (Foto: ANI)

PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyampaikan keprihatinan mendalam atas terjadinya kecelakaan maut di India. Perusahaan kereta api satu-satunya di Indonesia ini, berharap penyebab pasti kecelakaan bisa terungkap sampai detail.

Joni Martinus, VP Public Relations KAI, mengatakan peristiwa di India bisa dijadikan instrospeksi atau pelajaran buat semua. Terutama KAI agar jangan sampai mengalami kejadian seperti itu.

“Bisnis transportasi itu adalah keselamatan dan layanan. Di KAI selalu fokus meningkatkan keselamatan, dengan melakukan mitigasi dan antisipasi potensi bahaya,” kata Joni Martinus.

KAI dikatakan Joni Martinus juga selalu menyegarkan Sumber Daya Manusia (SDM), melakukan uji petik pengetahuan, dan masih banyak lainnya. Kemudian memetakan daerah rawan.

“Hampir semua sistem sinyal kereta api di Indonesia juga sudah beralih ke elektronik, tidak lagi mekanik atau manual. Hanya ada beberapa kereta barang di Sumatra yang masih manual,” kata Joni Martinus.

Keberadaan dobel trek untuk jalur kereta terutama di Pulau Jawa, ikut membuat jumlah kecelakaan kereta api bisa ditekan. Perjalanan kereta pun makin cepat dan presisi.

Petugas melintas di jalur Kereta Api Stasiun Yogyakarta, Senin (5/6/2023). Kereta merupakan salah satu moda transportasi yang menjadi andalan Indonesia (Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Aditya Dwi Laksana, Ketua Forum Transportasi Perkeretapian dan Angkutan Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), ikut bersuara mengenai kecelakaan fatal di Odhisa. Terutama bagaimana mengaitkannya dengan kondisi di Indonesia sebagai perbandingan.

Aditya melihat kecelakaan kereta di manapun tidak jauh dari lima penyebab. Kelima faktor itu adalah human error (kesalahan manusia), sarana, prarasana, manajemen jam dinas masinis, hingga alam.

“Kalau ditarik ke Indonesia dalam 10 tahun terakhir relatif minim terjadinya kecelakaan kereta api. Dalam arti tabrakan head to head, ditabrak dari belakang, atau terguling secara signifikan hingga menimbulkan korban jiwa,” kata Aditya.

Menurut Aditya minimalnya kecelakaan kereta api di Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir, tidak lepas pelatihan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang ketat dilakukan PT KAI. Kemudian tingkat kedisiplinan yang membaik, sejalan dengan transformasi yang dilakukan di KAI.

Faktor sarana juga sudah jauh lebih baik, termasuk kualitas keretanya. Manajemen pengaturan pun sudah peduli dengan faktor keselamatan.

“Kalau harus diberi catatan adalah faktor prasarana di Indonesia. Di situ ada potensi menyumbang angka kecelakaan, apalagi jika ada keterbatasan anggaran dalam perawatan,” ujar Aditya.

Akhirnya, malam ini kereta ‘terpaksa’ berhenti di Odhisa. Meninggalkan cerita luka dan duka, menjadi pengingat agar seluruh elemen selalu menjaga perhatian terhadap kerumitan transportasi massal.