KECELAKAAN kereta api mematikan seperti kemarin ternyata bukan kali pertama terjadi di India. Seperti data yang disajikan BBC, setidaknya ada lima peristiwa fatal seperti itu yang menelan korban jiwa hingga ratusan.
Tragisnya, kejadian di Odhisa bukan yang paling parah. Masih ada kecelakaan kereta api yang meminta korban jiwa lebih dari 275 orang.
Juni 1981 tercatat sebagai tragedi terbesar karena hampir 800 orang tewas. Mereka terjebak di dalam gerbong yang jatuh ke Sungai Bagmati ketika terjadi badai topan.
Ada sembilan gerbong yang terjungkal ke dalam sungai antara Mansi dan Saharsa. Posisi rangkaian kereta sedang melintas di jembatan ketika badai hebat itu menerjang.
Agustus 1985, sedikitnya 350 orang tewas ketika dua kereta bertabrakan di sebuah kawasan yang terletak 200 kilometer dari Delhi. Lebih dari satu dasawarsa kemudian kecelakaan parah kembali terjadi, persisnya pada Agustus 1999, saat kereta bertabrakan di dekat Kolkata dan menewaskan setidaknya 285 orang.
Tergelincirnya kereta pada Oktober 2005 juga mengakibatkan korban jiwa. Jumlahnya sekitar 77 orang dan kejadian berlangsung di selatan Andhra Pradesh.
Pada November 2016 juga ada 150 orang tewas ketika kereta Indore-Patna Express tergelincir. Peristiwa itu terjadi di dekat pusat kota Kanpur.
Sekarang kembali terjadi kecelakaan kereta api. Sementara ini diduga pergantian sinyal menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.
“Kementerian Perkeretaapian mengatakan kecelakaan kereta api terjadi karena sinyal yang saling terkait, tetapi akan lebih baik membentuk sebuah komisi untuk penyelidikan. Mereka bisa memberi pendapatnya setelah berbicara dengan semua orang dalam setiap aspek,” kata Digvijaya Singh, mantan Ketua Kongres India, seperti dikutip dari ANI.
“Telah terungkap ada peringatan kegagalan interlocking yang disampaikan petugas kereta api pada Februari, tetapi tidak ditanggapi. Jadi siapa yang akan bertanggung jawab secara pidana? Saya pikir mereka (kementerian perkeretaapian) ingin membuktikan ada kesalahan seseorang dalam kejadian ini,” ia menambahkan.
Selanjutnya, “Pelajaran buat Indonesia”