KBRN, Denpasar : Setahun setelah Deklarasi Menuju Bali Net Zero Emissions (NZE) pada 4 Agustus 2023, Bali terus melangkah maju untuk mewujudkannya. Salah satunya, Pemerintah Bali, bekerja sama dengan Institute for Essential Services Reform (IESR) yang juga tergabung dalam Koalisi Bali Emisi Nol Bersih, telah merampungkan peta jalan Nusa Penida untuk memenuhi kebutuhan energinya dengan 100 persen energi terbarukan.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan mengatakan, saat ini persepsi masyarakat Provinsi Bali terhadap Bali Net Zero Emissions 2045 masih merasa bahwa tanggung jawab pencapaian Net Zero Emission 2045 berada ditangan Pemerintah Provinsi Bali. Dikatakan perlunya sinergi dan kolaborasi dari Pemerintah Kabupaten dan Kota di Bali.
“Untuk itu, pentingnya menggalakkan edukasi tentang Net Zero Emission dibarengi dengan kerjasama berbagai sektor, termasuk Pemerintah Kabupaten dan Kota di Bali. Pencapaian Bali NZE merupakan pekerjaan bersama dan kolaborasi menjadi hal penting,” imbuh Ida Bagus Setiawan.
Manajer Proyek Clean, Affordable, and Secure Energy for South East Asia (CASE) Indonesia, IESR Agus P Tampubolon menuturkan, upaya mewujudkan Bali NZE 2045 akan memberikan contoh positif bagi Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan yang tersedia melimpah. Secara nasional, potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 7.861,43 (GW). Sementara Bali, total potensi energi terbarukannya berdasarkan kajian IESR, terbilang besar mencapai 143 GW.
Menurut Agus, kesadaran masyarakat yang meningkat terhadap pemeliharaan alam, dan pemanfaatan energi terbarukan akan mendorong aksi pengurangan emisi pribadi. Jika aksi pengurangan emisi pribadi dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Bali, maka mewujudkan Bali NZE 2045 adalah sebuah keniscayaan. Selain itu, kesadaran dan permintaan dari publik diharapkan mendorong pemerintah dan pihak lain untuk lebih progresif dalam mendukung upaya Bali NZE 2045.
“Terjadinya penumpukan wisatawan di Bali telah membentuk fenomena turis berlebih (over tourism) yang membawa berbagai dampak buruk bagi lingkungan dan budaya setempat. Hal ini tidak hanya membebani infrastruktur dan lingkungan Bali, tetapi juga mengancam filosofi kearifan lokal Bali yang menekankan keseimbangan dan keharmonisan dengan alam, dikenal sebagai "Tri Hita Karana". Melalui festival Bali Emisi Nol Bersih, masyarakat dapat terekspos dengan visi Bali NZE 2045 sehingga dapat mengambil peranannya masing-masing untuk mendukungnya. Langkah pengurangan emisi misalnya dengan mengkonsumsi makanan lokal, hingga memanfaatkan energi ramah lingkungan, seperti energi surya melalui pemasangan PLTS," jelas Agus.